Aktivitas saling nyinyir dan saling sindir antar kubu Paslon pada Pilpres 2019 kali ini terbukti kontra produktif. Alih-alih semakin memupuk suara bagi masing-masing Paslon, langkah tersebut justru menjadikan publik muak.
- PAN Belum Sreg Dukung Ganjar, Belum Ada Restu Jokowi
- Kaesang Usulkan Tinta Pemilu 2024 Warna Pink Karena Pencolosan Berbarengan Valentine Day
- Konflik Cak Imin dan Gus Yahya Harus Segera Dihentikan
Hanya 11.4 persen yang mengaku bahwa hal itu menarik. Sementara 17.2 persen menganggap hal itu wajar dan 26.8 persen merasa bosan dengan apa yang terjadi itu. 11 persen sisanya mengaku tidak tahu atau tidak menjawab,†papar Mochtar dikutip Kantor Berita .
Menurut Mochtar, melalui hasil riset yang dihasilkan kali ini seharusnya bisa ditarik pelajaran bagi masing-masing kubu. Pola saling nyinyir sudah jelas tak efektif.
"Publik perlu narasi membangun. Butuh gagasan visi dan misi dari masing-masing Paslon yang dipaparkan secara gamblang untuk bisa dimengerti dan menjadi alasan untuk memilih,†tegasnya.
Jika hanya dari saling nyinyir serta serang dan perang ujaran kebencian, publik tidak akan mendapatkan apa-apa. Hanya seakan menonton drama saja. Perlu lebih dari itu. Terlebih ini pesta demokrasi untuk mencari pemimpin bangsa,†sambung Mochtar.
Sebagai informasi, hasil survey yang dirilis oleh SSC pada kesempatan ini berdasarkan pada survey yang dilaksanakan mulai 10-20 Desember 2018 di 38 Kab/Kota di Jawa Timur. Riset yang dilakukan menggunakan 1070 responden melalui teknik stratified multistage random sampling dengan margin of error kurang lebih sebanyak 3 persen dan tingkat kepercayaan sebesar 95 persen. [aji]
- Kyai Jatim All in 02: Berikut Daftar Kiai Khos Yang Hadir Sholawat dan Doakan Prabowo-Gibran Sekali Putaran
- Syarat LHKPN Awal Pendaftaran Hilang, KPK Minta KPU Wajibkan Caleg Terpilih Laporkan Hartanya
- MK Bentuk Mahkamah Kehormatan Usut Pergantian Hakim Konstitusi