Indikator Politik Indonesia merilis hasil penelitian terbaru yang bertajuk 'Split-Ticketing Voting.'
- Keuangan Megap-megap, Klaim Sri Mulyani Sekedar Menghibur Presiden yang Galau
- Agar Menang Pemilu, Caleg di Gresik Harus Beli Suara Seharga Rp 250 Ribu Untuk Satu Pemilih
- PAN Tinggal Tunggu Waktu, Tak Ada Cerita Koalisi Tanpa Syarat
Tempat kedua diisi Partai Hanura dengan 39,6 persen, Partai Golkar 31,2 persen, Partai Perindo 27, 9 persen, dan Parrtai Nasdem 27,8 persen. Disusul oleh Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) 27,8 persen, Partai Solidaritas Indonesia (PSI) 8,1 persen, dan PDI Perjuangan 6 persen.
"Pada kelompok partai koalisi Jokowi-Ma'ruf, basis PPP dan Hanura paling banyak terbelah kepada oposisi," kata peneliti Indikator Rizka Halida dalam jumpa pers di kantornya, Cikini, Jakarta, Rabu (23/1).
Sedangkan PDIP menjadi pendukung paling solid mengusung pasangan capres nomor urut 01 tersebut yakni sebesar 90,1 persen.
Hasil tersebut ditanggapi Sekretaris Tim Kampenye Nasional Jokowi-Ma'ruf Jhonny G. Plate. Menurutnya, hasil penelitian Indikator menjadi gambaran bagi Koalisi Indonesia Kerja untuk bekerja lebih giat demi meraih suara penuh.
"Kami memperhatikan wilayah split-ticket votingnya kuat, khusunya Jawa Barat dan Banten. Ini akan menjadi perhatian. Serta kalau etnis, etnis Sunda menjadi perhatian kami juga," katanya.
Survei Indikator sendiri digelar pada 16-26 Desember 2018 terhadap 1.220 responden yang tersebar di seluruh Indonesia. Hasil survei mendapati tingkat kesalahan kurang lebih 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. [bdp]
- Rapat Kabinet Terbatas Bahas Masalah Rempang, Jokowi Ingin Selesaikan secara Kekeluargaan
- Hadir di Acara Komunitas Ojol, Umi Lilik Perindo Berharap Bisa Mewakili Aspirasi Perempuan
- Memanas, Saksi dari PAN Berorasi Saat Rekapitulasi Penghitungan Suara Pemilu di Jember