Begini Kondisi Anak-anak Delegasi Pendidikan Surabaya Di Liverpool

Tim Delegasi Pendidikan Kota Surabaya akhirnya tiba di Manchester Air Port sekitar pukul 1 siang, Selasa, (18/6) waktu setempat, dengan penerbangan menggunakan pesawat Qatar Air Ways. Perjalanan yang menguras tenaga ditambah dengan urusan bagasi dan imigrasi yang lumayan lama, membuat delapan orang pendamping (guru) dan tujuh Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) kelelahan."Secara bergantian kami berusaha menenangkan anak-anak yang memang baru pertama meninggalkan keluarga ke tempat yang sangat jauh dan dalam waktu yang lama,” kata Supriyanto, anggota Tim Delegasi Pendidikan Surabaya yang mendampingi anak-anak dalam keterangan resmi yang diterima Kantor Berita , Senin (24/6).


Saat ke Korea Selatan, komunikasi dengan Surabaya hanya terputus saat di pesawat saja. Sementara di semua bandara dan fasilitas public lainnya ada Wifi yang bisa diakses gratis dengan mudah.

Akan tetapi, kata dia, saat bertugas ke Inggris ini, semua jalur Wifi tidak ada yang bisa terkoneksi dengan gadget anggota delegasi. Baik saat di Bandara Abu Hamad, Doha, Qatar maupun saat di Bandara Manchester.

"Alhamdulillah saat mampir ke toilet bertemu dengan dua orang doktor, dosen dari Marwadewa Denpasar Bali yang merupakan Alumni Kampus di Manchester. Dengan bantuan mereka, kami bisa berkomunikasi dengan otoritas Imigrasi Inggris dan mendapatkan layanan priority lagi," ungkapnya.

Di Bandara Manchester, mereka dijemput oleh Mrs. Buckle, Pastoral Independen Skills Manager (Directrice des Techniques Pastorales et d’independence) beserta staff dan seorang penerjemah dari PPI (Persatuan Pelajar Indonesia) Liverpool, Agata.

"Mereka ikut membantu kami membawa bagasi menuju lokasi parkir bus penjemputan yang ternyata masih sangat jauh. Kemudian kami bersama anak-anak melanjutkan perjalanan dari Bandara Manchester ke Kampus St Vincent’s School di Liverpool yang ditempuh sekitar 45 menit menggunakan bus,” ujar Supriyanto.

Ia mengungkapkan setelah rombongan tiba di asrama Kampus St Vincent’s School, rupanya kedatangan mereka telah ditunggu. Sore itu, rombongan disambut langsung oleh seorang pria bernama John Anderson Patterson, selaku Kepala Sekolah St Vincent’s School.

Menariknya, pria itu menggunakan ikat kepala berupa blangkon khas Surabaya. Bahkan, ketika menyapa rombongan, pria itu juga mengucapkan salam seorang Muslim dan menyapa rombongan satu persatu sambil berjabat tangan hangat. Kemudian rombongan pun langsung diarahkan ke sebuah ruangan makan siswa.

"Selesai makan, beliau memberikan sambutan singkat di ruang makan itu, lalu mengarahkan kami semua ke asrama. Di sana koper-koper kami sudah tertata rapi. Kami pun dipersilahkan untuk beristrirahat untuk memulihkan tenaga," pungkasnya.[aji