Ekonom Faisal Basri mengkritik kinerja Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno. Menurutnya, selama di bawah kendali Rini, banyak BUMN yang dikelola secara tidak wajar dan banyak petinggi yang terjerat korupsi.
- Agung Mulyono: Pengawasan Dan Penerepan Prokes Stasiun Harus Diperketat
- Ada Peluang KIB Gabung PDIP
- 27 Pengurus Wilayah Dukung Rais Aam Percepat Muktamar NU 17 Desember 2021
Rini Soemarno diketahui membuat kebijakan holding yang tidak biasa, kalau tidak bisa disebut aneh. Karena perusahaan beraset kecil justru dijadikan induk dari perusahaan BUMN lain yang punya aset lebih besar.
Seperti PT Survai Udara Penas yang disebut akan menjadi induk dari perusahaan penerbangan nasional. Penas yang beraset sekitar Rp 49 miliar akan membawahi PT Angkasa Pura I, PT Angkasa Pura 2, PT Garuda Indonesia, dan AirNav.
Ini jelas tidak biasa. Karena aset yang dimiliki Garuda Indonesia (GI) jauh berlipat dibanding Penas yang diwacanakan akan menjadi induk perusahaan. Berdasarkan data yang dirilis Kementerian BUMN pada 2017 silam, GI punya aset puluhan triliun rupiah.
Tak hanya itu, sejumlah direksi BUMN pun harus berhadapan dengan hukum. Semuanya terjadi selama Rini menjabat sebagai Menteri BUMN.
Antara lain Direktur Utama PT INTI Darman Mappangara, Direktur Utama PLN Sofyan Basir, Direktur Teknologi dan Produksi PT Krakatau Steel Wisnu Kuncoro, Direktur Utama PTPN III Dolly Pulungan, dan Direktur Utama Perum Perikanan Indonesia Risyanto Suanda.
Menurut Faisal, hal-hal tersebut cukup untuk menegaskan kalau Rini sudah gagal menjadi menteri BUMN.[aji
- Menolak Usulan BNPT, Persis: Radikalisme Muncul dari Ketidakadilan
- Media Asing Soroti Kasus Covid-19 Di Indonesia: Banyak Orang Abai Karena Merasa Sudah Divaksin
- Pemilu 2024 Makin Dekat, Cungkup Raden Sawunggaling di Demak Ramai Diziarahi Caleg