Serunya Saat Mahasiswa Asing Memasak Dan Mengenalkan Makanan Khas Negaranya

Seru dan menarik. Inilah suasana ketika sejumlah mahasiswa asing memasak dan meengenalkan makanan khas negasa asalnya. Keseruan itu bukan karena mereka sendiri, tapi dalam mengolah makanan tersebut, para mahasiswa asing ini berkolaborasi dengan mahasiswa lokal.


Menurutnya, bahasa tidak bisa dipisahkan dengan budaya. Sehingga hal ini sejalan dengan slogan dari acara tersebut yakni Enhancing & Integrating Language and Cultural Skills, yang berfokus untuk meningkatkan dan mengintegrasikan kemampuan bahasa dan budaya para mahasiswa asing.

Untuk mewujudkannya, dalam acara tersebut tidak hanya mahasiswa asing yang berpartisipasi, namun juga melibatkan mahasiswa Indonesia. Yakni setiap satu mahasiswa asing didampingi oleh empat mahasiswa Indonesia.

"Interaksi antara mahasiswa asing dengan mahasiswa lokal tersebut dapat juga meningkatkan kemampuan berbahasa Indonesia bagi mahasiswa asing," ujarnya.

Bagi Ratna, acara yang berlangsung tahun ini berbeda dengan tahun lalu. Alih-alih menetapkan masakan Indonesia sebagai menu, UPT Bahasa dan Budaya ITS membebaskan para mahasiswa asing untuk memilih menu yang berasal dari negaranya masing-masing untuk mengenalkan makanan khasnya.

"Bisa jadi hal itu dapat mengobati rasa rindu terhadap negara asalnya," imbuhnya.

Acara ini diikuti oleh sembilan mahasiswa asing yang berasal dari Afghanistan, Timor Leste, Ethiopia, Sudan, dan Rwanda yang merupakan bagian dari
Kemitraan Negara Berkembang (KNB). Terdapat sembilan macam masakan yang berasal dari berbagai negara antara lain Agua Sal dari Timor Leste, Dampoqi dari Afghanistan, Ayam Biryani dari Pakistan, dan masih banyak lainnya.

Semua itu para mahasiswa asing sendiri yang memilih dan mempersiapkannya, mulai dari jenis masakan, resep hingga bahan-bahannya. Mereka (mahasiswa asing) banyak mendapatkan informasi mengenai masakannya dari perpustakaan UPT Bahasa (ITS) yang memiliki koleksi lengkap hingga buku kuliner masing-masing negara," tutur dosen Departemen Studi Pembangunan ini.

Kemudian, Ratna menambahkan, untuk lebih meningkatkan softskills, maka dibuatlah acara International Master Chef ini dalam bentuk kompetisi. Para peserta memperebutkan juara satu, dua, tiga, dan favorit. Dengan penilaian mencakup empat aspek yakni rasa, penyajian, kerapian, dan kebersihan.

Dia berharap acara tersebut dapat meningkatkan semangat para mahasiswa asing maupun mahasiswa Indonesia dalam belajar bahasa dan budaya. Melalui berbagai acara pembelajaran inovatif semacam ini, Ratna pun berharap agar UPT Bahasa dan Budaya ITS semakin dikenal baik secara nasional hingga internasional.[isa/bdp]