Cawali Surabaya Jangan Obral Janji Selesaikan Persoalan Surat Ijo

Swara Oedjoeng Galoeh (SOG) mengingatkan para politisi PDIP yang berniat maju dalam Pilkada Surabaya 2020 agar berhati-hati dalam menebar janji pada masyarakat.


Ketua SOG Felly Ponto juga secara khusus mengingatkan Sutjipto Joe Angga (Cak Angga) terkait janjinya menjamin penyelesaian masalah tanah surat ijo di Surabaya jika terpilih sebagai Wali Kota.

Surat ijo telah menjadi situasi kompleks yang hingga kini, baik pihak Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya maupun masyarakat pemegang surat ijo belum menemukan titik mufakat.

Felly mengatakan, "Sebaiknya Pak Angga jangan terlalu berani berjanji selesaikan surat ijo ke warga, karena kalau sampai nggak terealisir akan jadi bumerang buat beliau sendiri," Sutorejo, Surabaya (16/2/2020).

"Saya kenal Pak Angga, kami sama-sama orang PDIP. Tapi saya izin ungkapkan pendapat, agar beliau berhati-hati dalam memberi harapan masyarakat, karena janji adalah utang," tambahnya.

Felly mendorong Angga dan semua kader PDIP yang hendak mencalonkan diri sebagai Wali Kota Surabaya menyosialisasikan diri masing-masing dengan program yang realistis dan mengena pada kebutuhan masyarakat.

Mantan relawan Jokowi-Ma'ruf ini juga menyasar prinsip kepemimpinan Sintasan (konsistensi, integritas, kepedulian) yang Angga tawarkan ke publik.

Felly menyatakan dua hal terkait Sintasan, "Pertama, Pak Angga sudah masuk dalam ranah etika waktu kenalkan prinsip Sintasan. Jadi beliau harus siap diuji kesahian tesis atau konsepnya. Kedua, karena ini ranah etika, maka beliau memposisikan diri sebagai sasaran tembak secara terbuka."

"Sintasan itu memang prinsip yang ideal, tapi ini menempatkan Pak Angga pada sasaran empuk calon lawan politiknya, karena etika itu sikap hidup praktis yang tampak di mata banyak orang," kata Felly.

"Konsistensi, integritas, dan kepedulian yang ditawarkan Pak Angga itu memang secara moral ya bagus, tapi sulit dilakukan. Warga akan soroti Pak Angga, kalau beliau nggak bisa lakukan prinsip Sintasan, warga pasti akan hujat beliau," imbuhnya.

Prinsip Sintasan diketahui mulai diperkenalkan Angga pada 31 Desember 2019 lalu. Politisi PDIP itu mendorong para calon Kepala Daerah memegang prinsip kepemimpinan Sintasan, yaitu mempraktikkan konsistensi, integritas, dan kepedulian dalam melayani masyarakat.

Pemilihan Kepala Daerah serentak 2020 semakin dekat. Surabaya pun dihangatkan oleh beragam pewartaan terkait tokoh-tokoh penerus kepemimpinan Tri Rismaharini.

Ketua SOG mengatakan pihaknya tidak mau berspekulasi tentang nama-nama calon Wali Kota yang sudah beredar di ruang publik.

Felly mengaku masih belum bisa memprediksi lebih jauh selain nama-nama yang sudah sering dibicarakan di antara komunitas politik di Surabaya.

Nama-nama itu antara lain: Whisnu Sakti Buana, Sutjipto Joe Angga, Machfud Arifin, Eri Cahyadi, Gus Hans, Dhimas Anugrah, Dwi Astutik, Firman Syah Ali, Untung Suropati, dan M. Sholeh.

"Saya dengar ada gema yang besar terkait nama Pak Machfud Arifin dan Mbak Puti. Beliau berdua punya nama besar. Seru kalau jumpa di Pilwali Surabaya," kata Felly.

Ia menambahkan, "Kalau seumpama PDIP mau dilawan sama koalisi yang usung Pak Machfud Arifin, PDIP sih nggak akan takut. Kan Mbak Puti, Pak Angga, Pak Whisnu dan Pak Untung lebih kuat jaringannya ke arus bawah."

"Nama-nama lain yang siap jadi kuda hitam saya rasa masih ada pada Gus Hans, Cak Dhimas Anugrah, dan Pak Eri Cahyadi. Tiga nama ini potensinya besar sekali bikin kejutan di Pilwali Surabaya," tutup Felly.