Kutukan Tahayul Presiden

SEKELAS Sekretaris Kabinet, Pramono Anung masih percaya mitos dan klenik. Apalagi sampai melarang Presiden Joko Widodo datang ke wilayah Kediri.


Dasarnya, takut Jokowi lengser seperti Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur).

Memang benar Gus Dur lengser usai tiga hari melakukan kunjungan kerja ke Pondok Pesantren Lirboyo Kediri. Begitu pula dengan Presiden BJ Habibie yang lengser setelah tak lebih dari tiga bulan datang ke Kediri.

Benarkah lengsernya presiden-presiden Indonesia disebabkan kutukan Kediri?

Banyak referensi menyebutkan mantan Presiden Soeharto tidak pernah menginjakkan kaki ke Kediri. Sehingga Soeharto mampu berkuasa selama 32 tahun.

Kediri tampaknya bukan kota yang “remeh” bagi Soeharto. Sebagai pemimpin sekaligus spiritualis Jawa, Soeharto tentu sangat paham dengan tiap-tiap kultur masyarakatnya.

Bagi Soeharto, wilayah Kediri adalah pantangan untuk dikunjungi. Demikian mitosnya. Demikian yang dipercaya Soeharto. Dan demikian pula yang dipercaya Bung Karno.

Presiden Soekarno disebutkan juga mendadak lengser setelah berkunjung ke Kediri. 

Dalam riwayat Babat Kadhiri memang disebut adanya kutukan kerajaan Kediri tatkala terlibat dalam peperangan dengan musuh.

Bunyinya: "Jika pasukan Kediri menyerang musuh di daerah lawan lebih dulu akan selalu memenangkan pertempuran, akan tetapi sebaliknya jika musuh langsung menyerang ke pusat kerajaan Kediri lebih dulu maka musuh itu akan selalu berhasil memperoleh kemenangan yang gemilang."

Barangkali karena kutukan itulah konon para Presiden RI selalu menghindari untuk singgah ke kota Kediri dalam setiap perjalanan di wilayah Jawa Timur.

Ada yang menafsirkan, tatkala presiden berani singgah ke Kediri, maka posisi mereka bakal mudah diserang oleh musuh atau lawan politiknya.

Versi lain menyebutkan, kewingitan Kediri disebabkan kutukan Kartikea Singha suami Ratu Shima yang juga penguasa Kerajaan Kalingga (pra Mataram Hindu abad ke-6) di Keling Kepung Kabupaten Kediri.

Mengutip Agus Sunyoto, budayawan penulis Atlas Walisongo. “Kutukannya cukup jelas, siapa kepala negara yang tidak suci benar masuk wilayah Kota Kediri maka dia akan jatuh,” jelas Agus Sunyoto.

Dijelaskan Agus, pada masa pemerintahan Kartikea Singha, sebagai kepala negara dia menyusun kitab tentang hukum pidana pertama di nusantara yang diberi nama Kalingga Darmasastra yang terdiri dari 119 pasal.

“Ini sangat tergantung kepada keyakinan sebenarnya untuk masuk wilayah Daha (Kota Kediri), namun sebagian besar tidak berani masuk wilayah Kota Kediri,” jelasnya.

Mitos ini memang sudah melekat sejak lama di bumi Nusantara. Mitos didefinisikan sebagai cerita prosa rakyat yang menceritakan kisah-kisah lama berisi penafsiran tentang alam semesta dan keberadaan makhluk di dalamnya. Bagi sebagian masyarakat, terutama para penuturnya, mitos ini dianggap benar-benar terjadi.

Tapi sekali lagi, ini hanya mitos. Bisa benar, bisa keliru. Orang Jawa kerap menafsirkan segala sesuatunya dengan ilmu gathuk asal mathuk.

Nah, sekarang coba kita beberkan secara ilmu gathuk tadi.

Soekarno lengser dimulai pada 11 Maret 1966 dengan dikeluarkannya Supersemar. Karen Brooks dalam “The Rustle of Ghost: Bung Karno in the New Order” (1995) mengatakan, sejak Soekarno meneken Supersemar, surat perintah itu memberi mandat kepada Soeharto untuk menjamin jalannya pemerintahan dan menjaga keselamatan presiden.

Kronik ’65 (2017) yang disusun Kuncoro Hadi dan kawan-kawan menyebutkan, Supersemar memiliki kekuatan yuridis saat MPRS memutuskannya sebagai TAP MPRS Nomor IX/1966 pada 21 Juni 1966. Bahkan Presiden Soekarno tidak bisa mencabutnya.

Dan pada hari itu MPRS mencabut gelar Sokarno sebagai presiden seumur hidup.  Sementara, MPRS memberikan kewenangan kepada Soeharto pengemban Supersemar dan membentuk kabinet pada 5 Juli 1966.

Lengser keprabon Soekarno tidak ada sangkut paut dengan Kediri. Boleh jadi, lengsernya Soekarno justru karena kesalahan dia sendiri karena menerbitkan Supersemar sehingga dimanfaatkan Soeharto untuk merebut kekuasaan.

Untuk Soeharto yang katanya pemimpin berjiwa spiritualis dan tidak pernah ke Kediri, dia pun harus lengser tahun 1998 atas desakan mahasiswa.

Apa yang mendorong Soeharto memutuskan mundur? Padahal beberapa hari sebelumnya, Soeharto masih yakin dapat mengatasi keadaan.

Kabarnya, selain desakan dari mahasiswa, Soeharto mundur karena mendapat desakan dari sejumlah tokoh di legislatif dan kabinet.

Perasaan ditinggalkan, terpukul, telah membuat Soeharto tidak mempunyai pilihan lain kecuali memutuskan untuk mundur.

Sejatinya, Soeharto bisa saja menolak mundur. Bahkan, bisa saja dia keukeuh menjadi tangan besi-kalau mau. Tapi Soeharto tetap legawa mundur.

Sekali lagi, lengsernya Soeharto tidak berkaitan dengan Kediri. Bahkan, Soeharto sendiri tidak pernah ke Kediri. Maka, tidak sepantasnya Soeharto lengser. Nyatanya, dia tetap lengser.

Soal BJ Habibie yang lengser setelah tak lebih dari tiga bulan datang ke Kediri, itu sama sekali tidak benar.

Habibie pernah melontarkan bahwa dirinya tidak pernah berniat menjadi presiden. Saat itu, tiba-tiba ia ditunjuk menggantikan Presiden Kedua RI Soeharto. Pria kelahiran Parepare, Sulawesi Selatan, tersebut mengaku menjadi presiden karena ketidaksengajaan.

"Saya tidak pernah tertarik atau ingin menjadi presiden, itu terjadi secara tidak sengaja. Saya harus mengambil alih karena Presiden Soeharto mengundurkan diri," ujar Habibie kala itu tahun 2013.

Habibie hanya mau bertahan secara konstitusi menjadi presiden tahun 1998 sampai tahun 2003. Tapi setelah itu ia mengumumkan, 'Saya akan mengadakan pemilu agar rakyat bisa langsung memilih pemimpinnya sendiri melalui pemilu yang baik'. Artinya, Habibie menolak menjabat kembali sebagai presiden.

Saat Gus Dur berkuasa, disebutkan pernah berkunjung ke Kediri. Setelah itu Gus Dur lengser. Ini yang menjadi patokan Pramono Anung.

Padahal Pramono saat itu berada di lingkaran Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri yang juga berupaya menjatuhkan Gus Dur.

Hal ini diakui Fitradjaja Purnama, aktivis Prodem Jatim.  “Secara formal Gus Dur dilengserkan Amien Rais. Tapi jangan lupa, saat itu Pramono Anung berada di lingkaran Megawati yang juga berupaya menjatuhkan Gus Dur,” ungkap Fitra yang saat itu menjadi Koordinator Aliansi Rakyat Jawa Timur, pendukung Gus Dur yang menolak SI MPR.

Fitra menceritakan detik-detik pelengseran Gus Dur. Saat itu Gus Dur mengatakan bahwa yang bisa melengserkan dirinya adalah Megawati.

“Gus Dur bilang yang bisa membuat dirinya lengser adalah Megawati, sementara Amien Rais hanya formalitas saja,” tandasnya.

Mantan Jurubicara Presiden Gus Dur, Adhie Massardi membenarkan bahkan Gus Dur lengser karena faktor politik bukan klenik seperti pernyataan Pramono Anung.

Kata Adhie, posisi Amien Rais dan kelompok tengah yang kerap disebut sebagai pelengser Gus Dur sejatinya sebatas pemandu sorak.

“Bohong, Gus Dur lengser nggak ada urusan dengan tempat yang dikunjungi. Jika PDIP tidak setuju Sidang Istimewa MPR untuk lengserkan Gus Dur, maka tidak akan ada tragedi politik itu,” tegasnya.

Jelas sekali Gus Dur dilengserkan karena faktor politik. Bahkan hingga saat ini tidak ada satu pun keputusan hukum yang memvonis Gus Dur melakukan kesalahan seperti yang dituduhkan sejumlah orang, baik kasus Buloggate dan Bruneigate.

Bukti paling konkret Presiden Soesilo Bambang yudhoyono (SBY). Saat terjadi letusan Gunung Kelud pada 2007, SBY malah dengan berani mengunjungi para di Kediri. Nyatanya, kewingitan Kediri tidak mempan bagi SBY.

SBY sebenarnya menyadari tidak ada pemimpin yang langgeng berkuasa. Karena itu sebelum bertolak, dia sholat terlebih dahulu sebagai penolak mitos tersebut.

SBY berpendapat dalam menjalankan pemerintahan harus berpedoman pada sikap yang rasional. Hingga penghunjung jabatannya, SBY tak mengalami satu hal apapun. Bahkan dia kembali menjadi Presiden RI untuk kali kedua periode 2009-2014.

“Tahun 2007, SBY mengunjungi Kediri. Kunjungan kedua di tahun 2014,” demikian disampaikan Politikus Partai Demokrat, Andi Arief dalam akun Twitternya, Minggu (16/2).

Karena itu Andi menyebut Pramono Anung terlalu naif jika melarang Jokowi berkunjung ke Kediri gara-gara takut lengser.

Sebaliknya, Andi menduga, pernyataan Pramono hanyalah bentuk ketakutan atas banyaknya tekanan yang dihadapi Jokowi.

“Pak Pramono Anung sangat mengerti bahwa tidak ada hubungan Kediri dengan pudarnya kekuasaam Pak Jokowi. Ada pesan mendalam bahwa kekuasaan Pak Jokowi sedang dalam berbagai tekanan yang tidak mudah,” terangnya.

Indonesia memang negeri kaya budaya dan sejarah, termasuk berbagai mitos yang mungkin dirasa tidak masuk akal di era globalisasi seperti sekarang ini. Salah satunya terkait wilayah yang ‘haram’ dikunjungi para pemimpin.

Namun sejak kepemimpinan Soekarno hingga SBY, mitos itu berhasil dipatahkan. Karenanya tidak ada yang salah jika Jokowi berkunjung ke Kediri. Atau, jangan-jangan Jokowi sendiri yang telah berbuat salah sehingga takut berkunjung ke Kediri.

Noviyanto Aji

Wartawan RMOLJatim