Bentrok di Blitar, Jangan Salahkan Suporter Bonek dan Aremania

Kerusuhan yang terjadi antar supoter pada laga Persebaya vs Arema memperebutkan Piala Gubernur Jatim di Stadion Soepriadi Kota Blitar, Selasa (18/2) lalu, masih menyisakan perdebatan.


Namun demikian insiden ini tidak sepenuhnya salah supoter Bonek maupun Aremania. Pasalnya, mereka hanya menjadi obyek saja.

“Masyarakat jangan terlalu menyalahkan suporter Bonek dan Aremania. Karena kedua suporter kesebelasan hanya sebagai obyek. Munculnya anarkisme suporter tidak lepas dari ketidakbecusan pemerintah dalam mengurus sepakbola. Panitia pelaksana dan Pemprov Jatim adalah pihak yang paling betanggungjawab,” terang pemerhati sosial Moh. Trijanto pada Kantor Berita RMOLJatim, Jumat (21/2).

Dikatakan Trijanto, selama ini sudah menjadi rahasia umum kalau Bonek dan Aremania bermusuhan turun menurun. Namun pihak Panpel dan Pemprov Jatim tidak bisa mengelola dengan baik.

Cara berpikir suporter harus diubah, dan hal ini tanggung jawab semua elemen. Sedangkan garda terdepan ya pemerintah dan pengelola persepakbolaan Indonesia,” imbuh Trijanto yang juga calon bupati Blitar ini.

Trijanto menambahkan, harus ada pertemuan rutin antar kedua tokoh suporter kedua kesebelasan. Hal ini untuk menghindari permusuhan abadi antar keduanya.

“Dalam proses komunikasi bisa untuk membangun kesadaran bersama. Kalaupun ada pertandingan ya sementara dipilih tempat yang aman. Jangan seperti kemarin, jelas-jelas kedua tim musuh bebuyutan tapi tidak antisipasi yang baik. Justru kalau perlu setiap pertandingan dikomunikasikan dengan Pemprov lain, misalnya Papua. Buat pertandingan di sana, tanpa suporter dan penonton,” pungkas Trijanto.