Bumantik dan IPSM Rentan Diseret Kepentingan Pilwali Surabaya

Ibu Pemantau Jentik (Bumantik) dan Ikatan Pekerja Sosial Masyarakat (IPSM) sangat rentan posisinya dimanfaatkan oleh Aparatur Sipil Negara (ASN) yang kini sedang mencari dukungan untuk Pilwali Surabaya.


Hal ini dibeberkan Ketua Fraksi Partai Golkar DPRD Surabaya, Arif Fathoni seperti dikutip Kantor Berita RMOLJatim, Kamis (20/2).

Dilibatkannya Bumantik dalam sosialisasi Bacawali Surabaya, menurut Thoni, tergantung perspektif orang yang melihat. Pasalnya, Bumantik bukan ASN. Namun tetap tidak elok. Apalagi ASN tersebut memanfaatkan wewenangnya.

“Menurut saya, sekali lagi ini tidak elok dan mohon jangan diteruskan,” ujar politisi muda Golkar ini.

Thoni melanjutkan, bisa jadi ini mungkin ingin napak tilas keberhasilan dari Risma dulu waktu pertama didukung kader lingkungan.  

“Ini napak tilas, seolah-olah ini didukung kader Bumantik se-Surabaya. Tapi apa pun, itu tidak boleh,” imbuhnya.

Tetapi, Thoni berharap agar kader Bumantik dan IPSM kembali ke habitatnya dan tidak terseret untuk kepentingan Pilwali. 

“Iya kalau yang menang orang yang selama ini runtang-runtung dengan mereka. Lha kalau kalah kan kasihan nasib ke depannya. Karena mereka sudah terstempel Bumantik dan IPSM pendukung si A. Ini yang kita sayangkan,” beberya.

Untuk itu, Komisi A DPRD Surabaya akan menggelar hearing dengan Inspektorat Surabaya untuk memastikan ASN Pemkot Surabaya netral.

Bahkan kalau ditemukan potensi kegiatan serupa di lapangan seharusnya inspektorat turun tanpa harus menunggu laporan.

Tapi yang jelas, semua ini tergantung pemimpinnya yang 10 tahun membangun Surabaya sedemikian bagus. 

“Ini sebagai sejarah tinta emas rakyat Surabaya,” kata Thoni.

Nah, yang jadi pertanyaan, Risma mau meninggalkan legacy apa di tengah-tengah kebaikan yang sudah dilakukannya? 

“Jangan sampai masyarakat Surabaya mengecap yang awalnya puas atas kinerja Risma-Whisnu Sakti, ternyata Bu Risma punya syahwat politik tinggi untuk meneruskan pada seseorang yang dikadernya. Yakni mendorong orang lain menggantikannya dan membuat masyarakat Surabaya terbelah,” pungkasnya.