Sejak KPU Ngawi membuka pencaftaran bakal calon perseorangan mulai 19-23 Februari 2020, hingga kini masih sepi peminat.
- Caleg dan Relawan Jadi Jurus Tempur Parpol Raup Basis Suara Pemilih
- Anies Baswedan: Pemilu 2024, Momen Tepat Lunasi Janji Kemerdekaan
- Gus Yaqut Larang Takbir Keliling, Pemuda Muhammadiyah: Sebagai Gantinya Takbir Virtual
Terbukti sampai hari terakhir pendaftaran ke KPU Ngawi pada Minggu (23/02), belum satupun bakal calon perseorangan yang membuka kran komunikasi kembali.
"Yang jelas Pak Jumirin berjalan terus terkait bicara pencalonannya menjadi bakal calon Bupati Ngawi. Pada dasarnya yang bersangkutan tidak melalui jalur perseorangan melainkan dari kendaraan partai politik itu saja," terang narasumber pada Kantor Berita RMOLJatim, Minggu (23/02).
Kejelasan Jumirin diberangkatkan dari parpol didasari dari lobi politik level daerah dan pusat. Saat ini pihaknya terus melakukan komunikasi politik secara inten dengan para pengurus parpol level atas yang difasilitasi Ketua Umum Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) Khofifah Indar Parawansa yang sekaligus Gubernur Jawa Timur.
"Semalam kami mengadakan pertemuan di Surabaya dengan para habib dan beberapa profesor serta beberapa pimpinan partai tetapi bukan Ngawi intinya mereka dari pusat dan propinsi berkumpul semua dirumah ibu (Khofifah Indar Parawansa-red)," bebernya lagi.
Dijelaskan, kemenangan pada pihaknya (Jumirin) nanti dilandasi atas kunci yang sulit dibaca oleh lawan. Mengapa demikian, kehadiran sejak awal memang Jumirin bukan dari pengurus partai politik atau kader didalamnya. Sehingga peta strategi atau sistim pemenangan dalam Pilkada Ngawi nantinya pun sulit dibaca secara kacamata politik.
Mengapa masih optimis melaju ke Pilkada Ngawi dari kendaraan parpol?
Dibeberkan narasumber, hal ini tidak bisa dilepaskan dari masa kedinastian penguasa Ngawi yang sudah 20 tahun.
Tentu masa kepemimpinan yang lama membuat keberadaan partai politik di Ngawi khususnya di luar PDIP diibaratkan tersandera.
Namun untuk melakukan komunikasi politik secara terbuka, Jumirin pun tidak semudah membalikan telapak tangan.
"Saya berharap pertarungan ini head to head jangan sampai dia mampu lagi membuat jago bayangan. Dan saya akui lobi politik ini luar biasa sulitnya tetapi bukan persoalan uang. Bahkan untuk ngopi saja pimpinan partai di Ngawi itu harus ke Madiun dengan saya," jlentrehnya lagi.
Mengenai figur bakal calon yang mendampingi Jumirin alias selaku wakil bupatinya sedikit dibocorkan. Latar belakang dari orang yang dimaksudkan itu adalah antara kader Muslimat dan bisa juga dari Fatayat NU. Hal itu tidak lepas dari campur tangan Khofifah di Ngawi dengan organisasi sayap NU tersebut.
- Survei SSC, Emil Dardak Pimpinan Parpol Paling Populer Di Jatim
- Ketum PBNU Doakan Airlangga Naik Kelas, Kader Golkar: Sebagai Warga NU Saya Aminkan
- Siapkan Tim Medis, Partai NasDem Jatim Luncurkan Lima Mobil Ambulans Khusus Covid-19