Jurubicara pemerintah untuk penanganan Covid-19, Achmad Yurianto harus segera diganti akibat pernyataan blunder yang dilontarkannya.
- Anies dan Ganjar Disarankan Ucapkan Selamat ke Prabowo Versi Quick Count
- Peluang Anies dan Puan Maju Bersama di Pilpres 2024 Sangat Kecil, Kolam Mereka Berbeda
- DPRD Jatim Sebut Konflik Iran-Israel Berpotensi Menimbulkan Efek Domino Jika Terjadi Berkepanjangan
Yurianto menyebut yang miskin harus melindungi yang kaya agar tidak menularkan penyakitnya.
“Yang kaya melindungi yang miskin agar bisa hidup dengan wajar, dan yang miskin melindungi yang kaya agar tidak menularkan penyakitnya. Ini menjadi kerjasama yang penting,” terang Yurianto pada Jumat (27/3) kemarin.
Menurut Direktur Eksekutif Center for Social, Political, Economic and Law Studies (Cespels), Ubedilah Badrun, Presiden Joko Widodo harus mengganti Yurianto atau ditemani dengan ahli bahasa.
"Harusnya cukup sampai pada kalimat belajar dan bekerja di rumah dan diam di rumah. Tidak harus menggunakan narasi melindungi,” kata Ubedilah Badrun dilansir Kantor Berita Politik RMOL, Minggu (29/3).
Analis sosial politik Universitas Negeri Jakarta (UNJ) ini mengatakan bahwa narasi tidak tepat yang disampaikan Achmad Yurianto dapat menimbulkan kekacauan informasi di tengah masyarakat yang dibayangi penyebaran virus corona.
"Sebaiknya jurubicara pemerintah ditemani para ahli bahasa, agar narasi yang keluar ke publik tidak multitafsir," jelasnya.
Namun, sambung Ubedilah, jika Presiden Joko Widodo enggan untuk menambah ahli bahasa terhadap Yurianto, maka sebaiknya sang jubir segera diganti.
"Jika tidak mau, mungkin saatnya dipikirkan untuk bergantian jubirnya. Bahaya negara jika narasi elitnya tidak mampu memahami masyarakat secara sosiologis dalam situasi darurat seperti ini," pungkasnya.
- Ketua PBNU: Penyelenggara Pemilu Harus Kedepankan Kejujuran dan Nurani
- SBY Turun Gunung Karena Kondisi Politik Nasional Sedang Tidak Baik
- Rapimnas Partai Demokrat Satu Suara Dukung AHY Jadi Kontestan Pilpres 2024