Rumah Dinas Bupati Banyuwangi Disulap Jadi Ruang Isolasi Covid-19, Pengamat: Bagaimana Cara Perawatan Pasien?

Pendopo Sabha Swagata Blambangan atau rumah dinas Bupati Banyuwangi dan Gedung Wanita disulap menjadi ruang isolasi bagi Orang Dalam Pemantauan (ODP) dan Pasien Dalam Pengawasan (PDP) dengan gejala ringan.


Sebaliknya, bila ada yang positif, tentu akan ditempatkan di ruang isolasi rumah sakit.

Ruang isolasi tersebut dilengkapi sejumlah alat untuk perawatan standar pasien. Mulai tabung oksigen, monitor pemantau, termasuk tempat tidur untuk pasien.

Saat ini sudah ada 300 bed isolasi di rumah sakit pemerintah maupun swasta.

Karuan, hal ini kemudian menjadi perbincangan di grup-grup WhatsApp dan media sosial Banyuwangi.

Ada yang setuju dan ada yang tidak setuju terkait ruangan guest house Pendopo Sabha Swagata Blambangan Kabupaten Banyuwangi yang dijadikan ruang isolasi darurat ODP dan PDP Corona (Covid-19).

Aktivis sosial politik Banyuwangi Danu Budiyono mengatakan, bahwa benar saat ini waktunya semua orang berkomitmen menyelamatkan bangsa tidak dengan senjata, tetapi cukup dengan memilih untuk produktif di rumah masing masing. Karena dengan demikian dapat menyelamatkan seluruh lapisan masyarakat Indonesia.

Karena itu pihaknya mendukung langkah-langkah pemerintah dalam mengantisipasi penyebaran virus corona tersebut.

Nah, terkait polemik tambahan ruangan isolasi darurat untuk penanganan virus corona di guest house pendopo Banyuwangi, tentu pihaknya sangat mengapresiasi dan mendukung langkah cepat Pemda Banyuwangi.

“Namun yang perlu diingat adalah ruangan isolasi tersebut nantinya harus aman untuk petugas, kemudian di guest house apa juga ada alat-alat untuk penanganan gawat darurat. Seperti ICU yang dimiliki rumah sakit,” kata Danu pada Kantor Berita RMOLJatim, Senin (30/3).

Pihaknya juga mempertanyakan, siapa yang bertanggungjawab bila penanganan di guest house pendopo itu tidak optimal karena keterbatasan SDM dan obat-obatan serta alat kesehatan lainnya. Hal ini dipertanyakan usai pihaknya berdiskusi dengan beberapa dokter di Banyuwangi.

“Kenapa tidak memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada, apa benar sudah gak ada tempat lagi. Misalkan tempat istirahat atau tidur perawat di rumah sakit atau tempat pasien dengan kasus lain kan bisa dikurangin. Atau pasien dengan kasus sakit lain yang dipindah ke guest house pendopo itu,” tanyanya

Danu menambahkan, penularan virus lebih gampang terjadi di tempat terbuka. Sementara ruangan pasien penderita virus corona harus terisolir. Karena itu dia mempertanyakan apakah ruang isolasi di Pendopo Banyuwangi benar-benar terisolasi?

“Bagaimana cara perawatan pasien di pendopo? Padahal sampai hari ini saja ada 9 dokter yang meninggal dunia karena menangani pasien-pasien corona. Itu belum tenaga medisnya. Kebanyakan dari mereka tertular karena penanganan yang tidak standar akibat kelalaian, setidaknya itu yang diberitakan banyak media massa,” ujar Danu.  

Pihaknya mendukung dan apresiasi langkah cepat Pemerintah Daerah Banyuwangi dalam menyiapkan dan mengantisipasi segala kebutuhan untuk menangani dan mencegah virus corona ini. Namun semua itu harus diperhitungkan dengan matang.

“Mumpung belum diopersionalkan guest house di pendopo, maka saran saya setelah berdiskusi dengan beberapa dokter di Banyuwangi, ada baiknya dikaji ulang. Kalau memang tempat itu digunakan untuk pasien, lebih baik dipakai untuk pasien dengan kasus penyakit lain,” sarannya.

Danu melanjutkan, untuk sementara biar yang terkena virus corona ditangani pihak rumah sakit, atau jika memang benar-benar kekurangan tempat atau ruangan bisa dilakukan di balai diklat yang lokasinya agak jauh dari pemukiman.

“Kalau benar-benar kekurangan ruang, bisa di balai diklat yang jauh dari pemukiman. Lokasi malah luas. Itu sama dengan guest house di pendopo,” terangnya.

Sebaliknya, kalau dipaksakan di pendopo, pihaknya khawatir publik malah menilai Pemkab Banyuwangi hanya pencitraan saja. Karena tanpa memikirkan keselamatan pasien sesuai standart yang ditetapkan Kemenkes.