Tompi: Corona Nggak Bikin Orang Tiba-tiba Meninggal, Berhenti Menakut-nakuti Orang

Selebritis sekaligus dokter Tompi mengajak masyarakat untuk saling mengingatkan dan memberi arahan kepada mereka yang masih harus melakukan pekerjaannya di tengah wabah virus corona.


Menurut Tompi, informasi yang salah soal corona akan semakin menimbulkan kepanikan.

“Jangan bosan-bosan memberikan arahan menjaga diri untuk saudara-saudara kita yang terpaksa bekerja,” ujar Tompi yang saat ini bersama artis lainnya tengah menggalang dana untuk pengadaan alat-alat kesehatan terutamanya alat pelindung diri dan ventilator.

Tompi juga mengingatkan agar masyarakat rajin mencari informasi yang benar terkait wabah ini kepada orang yang tepat. Ia pun menuliskan pemahamannya dalam akun Instagram.

Kasus virus corona memiliki gejala yang ringan seperti gejala flu umum. Pada kasus tertentu bisa sangat berbahaya. Namun, virus corona tidak serta merta membuat orang tiba-tiba saja langsung meninggal.

"Corona itu nggak bikin orang tiba-tiba serangan lantas tiba-tiba meninggal. Jadi berhenti menakut-nakuti dengan menyebarkan video-video gak jelas," ujar penyanyi jazz ini.

Tompi pun menyarankan agar masyarakat melakukan pola hidup sehat untuk mencegah penularan dengan mengikuti imbauan tim medis serta protokoler kesehatan.

Menurut para peneliti, jika antara lima dan 40 kasus virus corona dalam setiap 1.000 kasusnya akan berakhir pada kematian, dengan perkiraan terbaik menyebut sembilan dari 1.000 atau sekitar 1 persen.

Tapi angka tersebut bergantung pada beberapa faktor: usia, jenis kelamin, juga kondisi kesehatan dan sistem kesehatan di mana orang tersebut tinggal.

Dilansir dari The Telegraph, ketika virus Covid-19 masuk ke dalam tubuh, organ pertama yang diserang adalah paru-paru.

Virus mengikat pada dua sel di paru-paru, yaitu sel yang memproduksi lendir serta sel silia yang memiliki rambut dan berfungsi untuk mencegah masuknya virus, bakteri dan debu ke dalam paru-paru.

Kerusakan kepada dua jenis sel ini membuat paru-paru penuh dengan cairan yang membuat pasien jadi kesulitan bernapas.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebut fase pertama ini sebagai fase replikasi virus yang berlangsung sekitar seminggu.

Pada fase ini, sistem imunitas atau kekebalan tubuh akan mencoba untuk melawan virus.

Akibatnya, pasien Covid-19 mengalami demam. Mayoritas pasien hanya mengalami gejala hingga titik ini.

Namun, pada orang-orang yang berusia lanjut atau memiliki penyakit penyerta, sistem kekebalan tubuh bisa menjadi tidak terkontrol dan membunuh sel-sel yang sehat. Ini membuat paru-paru semakin penuh dengan lendir dan pasien Covid-19 jadi semakin sulit untuk bernapas.

Pada fase inilah disebut kerusakan paru-paru dimulai dan menyebabkan kegagalan pernapasan yang bisa berakibat fatal bagi pasien.

Tidak bisa dipungkiri banyaknya korban yang berjatuhan setiap hari akibat virus corona membuat masyarakat panik. Hingga Senin (30/3) kasus virus corona mencapai angka lebih dari 754 ribu, dengan total kematian secara global berjumlah lebih dari 36 ribu.

Di Indonesia, angka kasus virus corona telah mencapai 1.414 dengan jumlah kematian sebanyak 122. Pemerintah pun telah mengeluarkan imbauan agar masyarakat melakukan lebih banyak berdiam di rumah serta menjaga jarak aman atau physical distancing sebagai langkah pencegahan.

Imbauan itu belum benar-benar bisa dilakukan oleh semua masyarakat, mengingat banyak yang masih melakukan pekerjaannya atau mencari nafkah.