Lahan dan Air Mengancam Ketahanan Pangan Jatim

Gubernur Jawa Timur Soekarwo mengungkapkan ada dua masalah serius yang dapat mengancam ketahanan pangan di Jatim. Pertama, menyusutnya lahan pertanian yang mencapai 1.953 hektar per tahun.


Pakde Karwo, sapaan akrab Soekarwo, meminta para ahli dari berbagai perguruan tinggi untuk melakukan riset dan pengembangan tentang peningkatan produksi dan produktifitas, seperti penemuan bibit unggul.

Kami juga minta kepada bupati dan walikota untuk mengecek kembali peraturan daerah tentang Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B). Saat ini baru 22 kabupaten yang telah
membuat LP2B,” terangnya.

Selain itu, Pemprov Jatim juga melakukan peningkatan nilai tambah hasil panen melalui program hulu hilir agro maritim. Program ini terus dilakukan karena memberikan nilai tambah pada gabungan kelompok tani (Gapoktan), bukan di perusahaan besar. Apalagi sebagian besar UMKM Jatim berada di industri agro.

Pilihan industri agro ini tepat karena bahan bakunya ada di sekitar kita, bukan impor, sehingga ekonomi Jatim stabil,” katanya.

Kedua, lanjut Pakde Karwo, adalah ketersediaan air. Dari 55 miliar meter kubik air setiap tahun, yang bisa ditampung hanya 19,3 miliar meter kubik dan sisanya terbuang ke laut. Sedangkan yang diperlukan Jatim sebanyak 22,2 miliar meter kubik, sehingga minus 2,9 miliar meter kubik.

Terhadap masalah ini, Pakde Karwo meminta bupati/walikota serta kepala dinas di kab/kota se Jatim untuk melakukan efisiensi terhadap saluran air di pertanian. Termasuk warga yang tinggal di daerah sekitar Sungai Brantas.

Bila mampu melakukan 10 persen efisiensi maka kita bisa mengurangi kekurangan ini,” pungkasnya.[aji