Penangkapan Rommy Tidak Boleh Dipandang Sebelah Mata

Operasi tangkap tangan (OTT) Anggota Dewan Penasihat Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Maruf Amin, Romahurmuziy (RMY) alias Rommy oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tidak boleh dipandang sebelah mata.


Itu dapat dilihat dari berbagai berita media yang menampilkan kebersamaan mereka berdua dalam berbagai kesempatan, meski Rommy bukan anggota Kabinet Jokowi,” terangnya dilansir Kantor Berita Politik RMOL, Minggu (17/3).

Dia menduga penangkapan ini tidak lepas dari kasus penyiraman air keras terhadap penyidik senior KPK Novel Baswedan yang hingga kini belum terungkap. KPK, menurutnya, kecewa dengan penanganan kasus ini dan akhirnya menyasar elite-elite lingkaran utama Jokowi.

Kebetulan kasusnya juga memang ada,” sambungnya.

Baginya, kasus Novel akan membuat publik beranggapan negatif kepada Jokowi. Mantan gubernur DKI Jakarta itu akan dianggap tidak memiliki niat baik dalam memberi perlindungan terhadap aparat pemberantasan korupsi.

Padahal hasil investigasi koalisi Masyarakat sipil antikorupsi (MSA) sudah terang benderang siapa aktor-aktornya,” tegasnya.

Kembali ke kasus OTT KPK. Gde memandang banyak pejabat atau politisi yang diduga berkasus korupsi melabuhkan dukungan kepada Jokowi. Mulai dari Setya Novanto, Idrus Marham, Bupati Malang Rendra Krisna, Bupati Bekasi Neneng, Walikota Pasuruan Setiyono, Bupati Phakpak Barat Remigo Yolanda Berutu, Bupati Cianjur Irvan Rivano Muchtar, dan Bupati Kota Waringin Timur Supian Hadi.

Mereka merasa lebih aman kasusnya jika Jokowi menang. Sedangkan komitmen Prabowo jelas akan keras terhadap koruptor,” demikian Gde. [bdp]