Teknologi Ini Diyakini Mampu Efesienkan Pakan Budidaya Udang

Kurangnya efisiensi pemberian pakan dalam proses budidaya udang menjadi masalah bagi para petambak udang saat ini. Melalui teknologi Smart Shrimp Counter (SSC), sebuah Autonomous Surface Vehicle (ASV) atau kapal tanpa awak penghitung entitas udang berbasis underwater image processing bisa menjasi solusi untuk mengatasi persoalan tersebut.


Ini adalah hasil inovas mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) dan melalui Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) 2019, Chrisna dan rekannya yakni Thomas Teguh Rahardjo, Ridwan Prasetyo, Zahrah Ayu Afifah Febriani, dan Rizky Najwa yang memelopori terciptanya teknologi ini bekerjasama dengan Tambak Safi’i, sebuah tambak di daerah Keputih, Sukolilo, Surabaya sebagai mitra untuk menyelesaikan persoalan ini.

Pada 2014 lalu Jawa Timur telah memasok udang vannamei sebanyak 47.150 ton, dan pada tahun yang sama total nilai ekspor udang di Indonesia mencapai USD 1,7 miliar.

Udang jenis ini (vannamei) memiliki serat dan daging yang banyak, sehingga sangat digemari oleh konsumen,” imbuh mahasiswa yang akrab disapa Chrisna ini.

Alih-alih menjadi peluang usaha yang menjanjikan, kondisi ini malah membuat petambak udang kesulitan karena modal budidaya udang yang tinggi, khususnya ongkos produksi yang tinggi. Chrisna mengungkapkan, selama ini biaya pakan yang dikeluarkan oleh petambak udang mencapai 60 sampai 70 persen dari total biaya budidaya udang.

Hal tersebut, menurut Chrisna, disebabkan oleh pemberian pakan yang hanya didasarkan pada perkiraan jumlah bibit yang dimasukkan ke dalam kolam tanpa tahu jumlah pasti dari udang dalam kurun umur tertentu saat budidaya. Akibatnya, pakan yang diberikan sangat banyak dan tidak terukur, dan akhirnya menyebabkan pembengkakan anggaran,” papar mahasiswa Departemen Teknik Mesin Industri ini.

Pemberian pakan yang banyak kepada udang, lanjutnya,  bukanlah suatu hal yang positif, namun dapat menjadi hal negatif karena berpotensi menyebabkan overfeeding atau pemberian pakan yang berlebih.

Padahal, overfeeding akan menyebabkan senyawa organik yang terdapat di dalam kolam akan meningkat, sehingga menyebabkan kematian pada udang. Begitu pula sebaliknya. Apabila pakan yang diberikan kurang, akan menyebabkan udang bersifat kanibal,” papar mahasiswa asal Tuban ini.

Di bawah bimbingan Dr Ir Bambang Sampurno MT, tim berhasil menciptakan sebuah solusi berupa teknologi SSC, yakni sebuah kapal tanpa awak penghitung jumlah entitas udang  menggunakan underwater image processing meliputi Image Enhancement, Image Recognition, dan Object Counting.

Meskipun sudah ada metode lain guna menghitung entitas udang yaitu menggunakan sebuah alat dengan prinsip snapshot kamera pada sebuah wadah. Namun, hasil perhitungan yang dihasilkan tidak valid karena hanya dapat dilakukan saat udah masih berupa bibit. Selain itu, alat ini juga hanya dapat digunakan dalam skala kecil karena ukurannya yang kecil pula.

Chrisna berharap, dengan diciptakannya alat ini akan dihasilkan rekomendasi perlakuan kolam yang ideal untuk budidaya udang vannamei, menghitung jumlah entitas udang agar dapat memberikan jumlah pakan yang ideal, serta meningkatkan efisiensi pemberian pakan. Dengan demikian produktivitas budidaya udang di Indonesia, khususnya Jawa Timur dapat meningkat pula,” harapnya. [isa/mkd]