Gani Tak Sadar Tugas Akhir Yang Dikerjakan Setebal 3.045 Halaman

Gani, demikian sapaan Muharom Gani Irwanda. Mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Dia tak sadar bila Tugas Akhir (TA) yang dikerjakannya mencapai 3.045 halaman.


Pria kelahiran Bojonegoro itu baru sadar saat sepupunya membantu menghitung total halaman.

Dalam mengerjakan TA itu, dia mengaku, menyelesaikan bab empat hingga lampiran tidak lebih dari satu bulan. Pasalnya, ia sedang mengikuti magang bersertifikat dari salah satu perusahaan BUMN dan ia baru benar-benar mengerjakan TA pada tujuh hari sebelum lebaran.

"Lalu setelah itu baru bisa mengerjakan lagi tanggal 29 Juni sampai 5 Juli lalu,” ungkapnya.

Selama ini Gani mengerjakan seluruh bagian TA miliknya di program Microsoft Excel, ia pun tidak pernah menyangka jika TA yang ia kerjakan mencapai tiga ribuan halaman.

Jika biasanya ketebalan TA ada pada lampiran, beda cerita dengan mahasiswa yang fokus pada manajemen konstruksi ini. Untuk bab satu sampai tiga ia kerjakan dari halaman 1 hingga 152. Selanjutnya bab empat sampai delapan dari halaman 153 sampai 2.893. "Sisanya adalah lampiran dan cover,” ujarnya.

Selain itu, mantan juara Kompetisi Bangunan Gedung Indonesia (KBGI) 2017 ini menyampaikan bahwa selama proses pengerjaan, ia terus memantau layar laptop selama 15 jam.

Tak tanggung-tanggung, selama satu minggu sebelum sidang ia rela memangkas jam tidurnya menjadi dua jam per hari.

"Bahkan ibu saya sampai khawatir dan akhirnya ikut ke Surabaya untuk menemani selama proses pengerjaan tersebut, ibu benar-benar supporting system untuk saya,” tuturnya.

Pengerjaan TA ini merupakan tantangan tersendiri baginya. Gedung yang ia pakai adalah Apartemen Denver di kawasan Citraland, Surabaya. Mahasiswa bimbingan Ir Sukobar MT ini awalnya ingin menyelesaikan TA untuk Gedung 37 lantai. "Namun, dosen saya melarang, katanya saya akan kesulitan,” sambungnya.

Akhirnya, ia pun mengerjakan 11 lantai yang masing-masing dirincikan hitungannya. Dengan begitu, terdapat 11 perhitungan volume, kapasitas produksi dan tenaga kerja, jumlah alat, durasi hingga estimasi harga yang berbeda.

Saya merasa tertantang, karena tidak bisa mengerjakan 37 lantai, saya harus bisa mengerjakan 11 lantai dengan baik,” ujarnya dengan keyakinan penuh.

Gedung yang ia gunakan sendiri memang memiliki kesulitan di atas rata-rata. Gedung ini berbentuk kotak di bagian bawah, lalu meninggi ke atas berbentuk huruf L. Selain itu, setidaknya ada enam perbedaan konstruksi.

Seperti dalam satu gedung saja ada perbedaan ukuran balok dan besi yang digunakan. "Saya sudah meniatkan untuk melakukan yang terbaik di TA ini, semoga nantinya dapat berguna dan menjadi referensi untuk teman-teman yang ingin fokus pada metode konstruksi,” pungkasnya.[isa/aji