Pasca Erupsi- Petani Lereng Kelud Produksi Kopi Beraroma Nangka

Pasca erupsi gunung Kelud tahun 2015 lalu, masyarakat petani kopi yang ada di Dusun Lahar Pang, Desa Kecamatan Puncu, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, berinisiatif untuk memproduksi kopi dengan selera berkualitas.


Para petani kopi yang tergabung dalam paguyuban KSM Lamor Kelud Sejahtera ini kemudian mulai merambah pangsa pasar di luar Kediri.

"Kita merintis itu pasca erupsi 2015. Kita sudah mulai produksi kopi. Cuman kita mulai berjalan, produksi lancar 2017," terang Didik Abadi Rabu (24/7) selaku ketua paguyuban petani Kopi KSM Lamor Kelud Sejahtera kepada Kantor Berita , Rabu (24/7).
 
Salah satu alasan yang melatarbelakangi warga Dusun Lahar Pang memproduksi tanaman kopi dikarenakan di sekitar area tempat tinggal mereka banyak perkebunan kopi.

"Sebelum saya lahir, tempat tinggal saya dulu itu kebun kopi, ada dimana mana. Kita ini kan berkelompok, ini bukan milik pribadi. Jadi para petani sana bikin kelompok semacam paguyuban," tambah Didik.

Hasil produksi tanaman kopi ini kemudian diolah secara berkelompok, dipasarkan, lalu harganya ditentukan sendiri oleh paguyuban.

Karena letak demografisnya berada dilereng kaki gunung Kelud sebelah utara, tanaman kopi hasi panen tersebut sepakat mereka produksi dan dinamai Kopi Bubuk Kelud.
 
Kopi bubuk kelud ini dibagi menjadi dua jenis varian. Kopi bubuk Kelud Robusta dan kopi bubuk Kelud Liberica. Dua jenis kopi kelud ini sama sama memiliki cita rasa khas yang tidak dipunyai merk kopi lain. Harga dan berat ukurannya sama 250 gram dibandrol harga Rp 25 ribu.

Jenis kopi bubuk Robusta lebih dikenal dengan tingkat rasa kepahitannya yang tinggi. Rasanya pahit karena dipengaruhi adanya tanaman bergetah yang ada di samping kanan dan kiri.

"Dia cenderung tingkat kepahitanya tinggi. Masalahnya tanaman di kanan kirinya itu kan bergetah. Nah itu yang mempengaruhi pahitnya sangat mantap lah pokoknya," ungkapnya.

Sementara kopi bubuk Liberica lebih beraroma kas buah nangka. Kadar kafeinya lebih rendah jika dibandingkan dengan Robusta.

"Makanya kalau Liberica punya sugesti, dilambung aman. Ciri khas dia ada asem sedikit, ada aroma nangkanya yang beda," kata dia.
 
Pangsa pasar kopi bubuk Kelud tidak hanya menyasar pendistribusian di lokalan sekitaran Kediri, melainkan juga merambah luar daerah seperti Jawa Barat, Jakarta, Kalimantan dan Sulawesi.

"Untuk kawan Pulau Jawa kita sudah meliputi Jawa Barat sampai Jakarta. Kita juga pernah ikut event di TMII Festival Kopi Nusantara," tuturnya.

Bahkan bubuk kopi Kelud banyak digemari pencinta kopi di luar negeri. Karena tidak memiliki jaringan ekspor di luar negri, sementara waktu ini saat proses pengiriman barang ke luar negeri, kopi bubuk Kelud tersebut diitipkan atau dibawa warga Kediri yang sedang menimba ilmu kuliah di AL Azhar Kairo Mesir.

Tidak hanya menyasar pangsa pasar menengah atas, jaringan pemasaran kopi bubuk Kelud juga memiliki jaringan di sejumlah pondok pesantren di Jawa Timur dan warung kopi di seputaran Kediri. Selain terbagi dalam dua jenis, kopi bubuk gunung Kelud juga dikategorikan beberapa klasifikasi kriteria grade A, B dan C.

Untuk kategori B, dan C biasanya didistribusikan kepada  pangsa pasar menengah ke bawah diperuntukkan warung kopi.

Jika dibandingkan lebih bagus mana, nilai daya jual antara jenis kopi bubuk Robusta atau Liberica? jawabnya keduanya seimbang dan masing masing memiliki penikmat selera tersendiri.
 
Dalam rentang waktu satu bulan, capain produksi kopi yang dihasilkan paling minim seberat tiga kwintal.  Bahkan semenjak tiga bulan terakhir hasil produksi tembus hingga 4 kwintal lebih. Kopi bubuk Kelud, banyak disukai oleh semua kategori usia.

"Kalau ngomong soal kopi, kita nggak ngomong soal usia. Apalagi untuk jenis orang itu perempuan atau laki laki semuanya suka. Nggak jadi patokan. Kemarin aja ada anak usia 4 tahun mau coba jenis Liberica. Tapi untuk Liberica aman bagi lambung," tandasnya.
 
Didik berbagi tips cara minum kopi agar aman untuk lambung. Disarankan saat menyeduh kopi, ada buih di atas hendaknya tidak diminum, dan harus disisihkan. Kecuali bagi pecinta kopi dengan citra rasa kafein tinggi, buih tersebut justru yang menjadi pembeda dan banyak dicari.

"Kalau kita lagi nyeduh kopi itu kan ada buihnya. Nah itu yang menjadi penyebab lambung. Jadi kalau lagi nyeduh kopi, buihnya dihilangkan. Kecuali mereka pecinta kopi berat malah buihnya itu yang dicari," nasehatnya.[ndik/aji