Politisi PDIP: Indonesia Butuh Kepala Daerah Sintasan

Politisi PDIP Sutjipto Joe Angga mendorong semua calon kepala daerah di Indonesia menerapkan prinsip kepemimpinan "Sintasan" (konsistensi, integritas, dan kepedulian).


"Orang yang punya integritas itu orang yang berkembang secara seimbang semua unsur yang ada di dalam dirinya, mulai dari unsur moral, etika, dan intelektual," ujar Angga di Bandara Juanda, saat hendak berangkat ke Jakarta, Jumat (17/1).

Sayangnya, integritas semacam ini kerap terlupakan di dalam dunia politik dan pemerintahan. Buktinya, banyak kepala daerah yang berurusan dengan KPK karena tak bisa menjaga integritasnya, terutama terkait praktik korupsi.

Angga mengatakan, politik di Indonesia sudah disempitkan menjadi keterampilan teknis meraih kekuasaan semata, lalu mengabdi pada kepentingan politik dan bisnis yang ada.

"Dengan kata lain, banyak politisi telah kehilangan integritasnya," tegasnya.

Hal itu menurut Angga mendorong terciptanya manusia-manusia yang tidak utuh.

"Seringkali ditemukan orang yang cerdas, tapi hatinya gelap. Ia punya gelar akademik tinggi, tapi pikirannya koruptif dan licik di dalam tindakannya. Ini salah satu masalah terbesar di dalam dunia politik Indonesia," katanya.

Meneladani Bung Karno

Integritas adalah bagian penting dari politik, sebagaimana yang telah diteladankan oleh Ir. Soekarno (Bung Karno).

Angga mengaku termotivasi oleh kiprah presiden pertama Republik Indonesia tersebut.

"Bung Karno adalah ayah ideologis saya. Integritas dan doktrin beliau yang membentuk wawasan saya, sikap kebangsaan, pengorbanan, cinta kasih, serta cinta pada keluarga," ujar Angga.

Menurut pria lulusan West College London, Inggris itu melihat integritas Bung Karno sebagai pemimpin layak diteladani oleh generasi penerus.

"Saya melihat Bung Karno sebagai manusia yang utuh, yang memiliki kesatuan tutur dan laku. Keutuhan seperti inilah yang diharapkan dari kepribadian para politisi dan para pemimpin masa kini," imbuh Angga.

Memupuk Integritas

Memupuk integritas berarti mendidik manusia dalam keseluruhan dirinya, mulai dari unsur etika, intelektual sampai dengan kemampuan bekerja sama.

"Integritas merupakan unsur yang amat penting, maka dunia pendidikan Indonesia perlu memberi ruang lebih dalam pendidikan integritas ini. Dimulai dari keteladan gurunya dulu, hingga apa yanh diajarkan bisa berbicara lebih keras dalam sanubari muri-muridnya," terang pria yang juga pengusaha itu.

Memupuk pendidikan integritas merupakan keniscayaan. Angga mengamini usulan Julian Nida-Rümelin, pemikir Jerman sekaligus Professor Filsafat Politik dari Universitas Ludwig Maximilian Muenchen, Jerman.

Angga mengatakan, di dalam buku Nida-Rümelin, Philosophie Einer Humanen Bildung, konsep integritas dikaitkan dengan konsep kesatuan pribadi (Die Einheit der Person) yang merupakan unsur penting di dalam pendidikan humanis (die humane Bildung).

Buku itu menjabarkan pandangan Nida-Rümelin tentang kesatuan pribadi sebagai bentuk dari proses mendidik integritas.

"Masalahnya selama ini pendidikan hanya difokuskan melatih anak didik supaya bisa menjadi warga negara yang produktif secara ekonomi. Pandangan ini merupakan penyempitan paham pendidikan yang amat berbahaya," terang bakal calon Wali Kota Surabaya itu.

Tujuan pendidikan, seperti pendapat Aristoteles, ialah membentuk hidup yang baik (Eudaimonia) dengan didasarkan pada pengetahuan teoritis tentang dunia, sekaligus pengetahuan praktis, seperti misalnya moralitas dan etika.

"Saya tidak melawan pendidikan teoritis, tapi itu perlu dilengkapi dengan moral dan etika yang berperan sebagai panduan menuju manusia yang berintegritas," ujarnya.

Angga menambahkan, di abad pertengahan Eropa, integritas juga dianggap sebagai bagian penting di dalam pendidikan, terutama pendidikan kepribadian (Persönlichkeitsbildun).

Untuk mengembangkan kepribadian yang berintegritas, dibutuhkan semua jenis ilmu pengetahuan, seni, dan keteladanan.

Pendidikan moral, filsafat Pancasila, dan ilmu pengetahuan wajib diajarkan, supaya orang mampu melihat dunia, sekaligus bertindak dan berperilaku, dengan cara yang masuk akal.

"Anak-anak Indonesia menunggu untuk dididik menjadi orang yang berintegritas. Kita ini punya UUD 1945 dan Pancasila yang hebat, jangan sampai citra Indonesia dirusak oleh para pejabat dan politisi yang tidak berintgritas," tutupnya.