Ngaji Tani Akbar Di Pesantren Bareng Kementerian Pertanian

Kementerian Pertanian (Kementan) Republik Indonesia menyebutkan, Ngaji Tani Akbar dan Musyawarah Santri Tani Nusantara, merupakan pertama kali dilakukan di Republik Indonesia. Hal ini membuktikan, kalau Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong, Pajarakan Probolinggo, Jawa Timur ini, sangat perhatian sekali terhadap dunia pertanian.


“Sumber ekonomi suatu bangsa ada di tangan petani. Pekerjaan dasar petani yang bercocok tanam itu merupakan terbentuknya suatu bangsa. Acara ini merupakan suatu terobosan untuk menguatkan perekonomian bangsa,” jelas Wadir 2 Politeknik Pembangunan Pertanian Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, DR Ir Ismul Hadi saat membuka Ngaji Tani Akbar, di GOR Damanhuri Romly, seperti dikutip Kantor Berita RMOLJatim, Sabtu (25/01).

Menurutnya, sektor pertanian di negeri ini sudah mejadi mata pencaharian para petani. Dengan adanya Ngaji Tani di pesantren merupakan satu langkah yang sangat strategis. Hal semacam ini, lanjutnya, memang sudah waktunya dilakukan, untuk mengembangkan ekonomi berbasis pesantren.

Menurutnya, dengan program ekonomi santri. program ini merupakan nawacita ke-3 tentang pembangunan kaum pinggiran. Maka dari itu pesantren harus dan sangat perlu untuk dibina. Nantinya agar petani bisa mengelola pertanian dengan baik.

“Sekarang ini banyak petani dan nelayan mayoritas alumni pesantren,” ujarnya disambut tepuk tangan para tamu yang hadir.

Sementara itu, Rektor Universitas Brawijaya, Prof. Dr. Nuhfil Hanani, yang turut hadir, juga turut mengapresiasi adanya Ngaji Tani Akbar. Ia berharap, kegiatan ini, harus bisa lebih maju dan juga terus tumbuh ke depannya.

“Di samping untuk dijadikan sebagai media dakwah pesantren kepada para tani atau kepada masyarakat, juga bisa mengajari bagaimana cara bertani yang benar. Terlebih santri tani, juga harus menjadi target utama agar bisa tumbuh,” ucapnya.

Sebagai bentuk apresiasi, sambung Nuhfil, pihak perguruan tinggi, akan selalu siap memberi pembinaan, agar santri tani bisa cepat berkembang, yang nantinya sumber ekonomi juga terangkat.

“Kami dari perguruan tinggi, hanya bisa ‘membina’ dan memfasilitasi segala kebutuhan. Karena tumbuhnya santri tani itu juga menjadi harapan kita sebagai pihak perguruan tinggi,” pungkasnya.