Investasi Mesin Baru, PT PWU Minta Suntikan Modal Rp 150 Miliar

PT Panca Wira Usaha Jatim membutuhkan modal sekitar Rp 150 miliar untuk peningkatan kapasitas, peremajaan mesin serta membereskan aset-aset alas hak.


Hal ini disampaikan Direktur Utama PT Panca Wira Usaha Jatim, Erlangga Satriagung saat menggelar rapat kerja selama dua hari di Novotel Surabaya Hotel, Senin (3/2) kemarin.

"Modal Rp 150 miliar ini untuk investasi mesin baru guna peningkatan kapasitas, ada mesin-mesin sudah lama sekali, mesinnya itu sejak zaman Belanda dulu. Disamping itu, untuk membereskan aset-aset alas hak. Ini juga harus dibereskan untuk bisa dikerjasamakan," kata Erlangga dikutip Kantor Berita RMOLJatim. 

Dengan kondisi seperti ini, lanjut Erlangga, pihaknya telah mempertanyakan kepada pihak Pemprov dan DPRD Jatim. Sebab, dari PP Nomor 54 itu asetnya tidak boleh dijaminkan dan Perda Aset tidak boleh dipindahtangankan. 

"Sehingga kami tidak bisa melakukan upaya-upaya bagaimana melakukan peningkatan permodalan dari pihak perbankan. Ini yang kami diskusikan dengan asisten II Pemprov, bagaimana caranya kalau modal tidak dikasih dan aset yang diberi tidak bisa diapa-apain. Padahal, bisnis itu kan urusan modal," terangnya.

Ia membeberkan bahwa banyak yang mengatakan modal itu urusan belakang, yang terpenting adalah jaringan. Erlangga pun menegaskan ketika masuk pada bisnis riil, modal-lah yang menjadi utama. "Kecuali skala usaha yang kecil. Tapi begitu menengah atas itu ya tidak bisa kalau tidak berbicara modal," bebernya.

Erlangga mengakui bahwa perlu dilakukan penambahan investasi. Sebab, kata dia, banyak dari anak perusahaan ini mesinnya jadul.

"Nah, ini perlu dimodernisasi untuk kekuatan dan ketepatan yang ditetapkan oleh customer," imbuhnya.

Meski demikian, Erlangga memastikan anak perusahaan yang dipegang telah mengalami keuntungan tidak ada yang merugi.

"Kualitas produk telah kami jaga. Jangan sampai yang jadi kendala itu kalah dengan produk negara lain, seperti Tiongkok dan Inggris," tambahnya. 

Oleh sebab itu, dikatakan dia, bukan urusan peningkatan laba, tetapi bagaimana meningkatkan market share. Pihaknya juga meneliti satu persatu market sharenya mencapai berapa persen dari kebutuhan masyarakat.

"Kalau masih kecil berarti masih bisa ditingkatkan. Nah konsentrasinya di situ," terangnya.

Ia menambahkan, kalau market share naik secara otomatis laba juga mengalami kenaikan. "Jadi mengikuti, ya. Tidak diubek urusan laba saja. Bagaimana upaya mendekatkan market share, meningkatkan jaringan pasar, memperkuat tenaga marketing, ini yang diperkuat dan menjaga serta meningkatkan kapasitas produksi," pungkasnya.