Ansor Surabaya Tantang Cawali-Cawawali Teken Pakta Integritas Tolak Faham Radikalisme

Kabar mengenai rencana dipulangkanya ratusan warga negara Indonesia (WNI) mantan anggota ISIS yang saat ini terkatung-katung di Suriah, mendapat perhatian serius PC GP Ansor Surabaya. 



PC GP Ansor Surabaya menilai, WNI yang sudah berikrar untuk meninggalkan Indonesia dan memilih bergabung dengan kelompok teroris (ISIS) bukan lagi bagian dari Indonesia.
Hal tersebut ditegaskan oleh Ketua PC GP Ansor Surabaya, HM Faridz Afif.

Menurutnya saat ini Indonesia sedang 'digerogoti' virus faham radikalisme. Faham tersebut, kata dia, tidak hanya masuk ke masyarakat umum namun juga masuk ke hampir setiap instansi pemerintahan yang ada.

''Ini saja masih belum tertangani dengan baik, jangan menambah masalah baru, mereka sudah menyebut negara ini thogut, mau apa lagi?'' kata Gus Afif dikutip Kantor Berita RMOLJatim, Selasa (11/2).

Gus Afif menambahkan, pembubaran ormas-ormas yang memiliki ajaran radikal yang sudah dilakukan pemerintah beberapa waktu lalu, tidak berimbas pada adanya gebrakan di sejumlah daerah untuk menertibkan pada ASN-nya yang terlibat dalam organisasi tersebut termasuk di Surabaya.

''Ini menjadi gunung es lagi, yang sewaktu-waktu akan kembali meletus,'' katanya.
Untuk itu, kata dia, PC GP Ansor Surabaya menantang setiap kandidat yang akan maju dalam Pilwali Surabaya 2020 mendatang untuk menandatangani Pakta Integritas menolak dan siap membersihkan faham-faham radikal, terutama terhadap ASN-ASN yang terlibat dalam organisasi yang dilarang pemerintah.

''Kami tantang mereka, berani menandatagani Pakta Integritas menentang paham radikal apa tidak, sebab ini jadi cerminan dalam mengelola Surabaya ke depan,'' katanya.

Menurut Gus Afif, Surabaya menjadi pintu gerbang untuk meraih kemenangan tidak hanya dalam takaran nasional, tapi juga internasional.

"Ada ujar-ujar, siapa yang bisa menguasai Surabaya, maka Indonesia bisa digenggam,'' kata dia.
Hal itu, lanjutnya, sangat masuk akal lantaran momen-momen penting terjadi di Surabaya disetiap pergolakan menjaga NKRI. 

Tercatat, lahirnya Resolusi Jihad yang dikeluarkan KH Hasyim Asy'ari dan para ulama NU terjadi di Surabaya, pertempuran yang membakar seluruh masyarakat Indonesia menolak kembalinya sekutu pada 10 November juga terjadi di Surabaya.

Bahkan, kata dia, Presiden pertama RI, Soekarno yang besar di Surabaya mewariskan sifat-sifat kenegaraan kepada masyarakat Surabaya. 

Dengan catatan sejarah seperti itu, wajar jika Surabaya menjadi incaran banyak pihak untuk menancapkan tonggak perjuangan. Kali ini, ujar dia, yang menjadi perhatian banyak kalangan adanya menyusupnya faham-faham radikal di Surabaya. '

"Untuk itu, mari, para cawali-cawawali, kita putuskan hari ini semuanya menolak faham radikal dengan menandatangani Pakta Integritas,'' pungkasnya.