Gedung Hemodialisa RSUD Caruban Belum Bisa Beroperasi, Tunggu Ijin BPJS

Gedung Hemodialisa RSUD Caruban belum bisa beroperasi dikarenakan menunggu ijin pelayanan cuci darah dari BPJS.


Hal tersebut disampaikan oleh Direktur RSUD Caruban Djoko Santoso di sela-sela peringatan hari ginjal sedunia, Jumat (13/3).

"Pasien kita itu sekarang 80 sampai 90 persen itu kan pasien menggunakan BPJS. Jadi karena ini kita melayani pasien BPJS. Ijin untuk pelayanan cuci darah atau Hemodialisis ini juga harus dari BPJS," terang Djoko Santoso.

Djoko Santoso menambahkan, Hemodialisa dikoordinir oleh Persatuan Nefrologi Indonesia (Pernefri). Gedung Hemodialisa senilai Rp 3,1 miliar sudah divisitasi oleh tim Pernefri maupun Dinas Kesehatan Provinsi Jawa timur menilai gedung sangat layak untuk operasional.

Namun saat hasil penilaian dari Pernefri dan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur disampaikan ke BPJS. BPJS tidak berani dengan berdalih belum ada ijin dari pusat.

"Semua sudah kita siapkan kemudian divitasi oleh tim, baik itu dari Pernefri maupun dinkes propinsi tingkat satu ini sudah dimungkinkan untuk operasional. Pada waktu kita menyampaikan ini ke BPJS. Ternyata BPJS belum berani katanya belum ada ijin dari pusat," jelas Djoko Santoso kepada Kantor Berita RMOLJatim.

Berbeda keterangan, saat Pernefri menanyakan langsung kepada BPJS pusat, lanjut Djoko Santoso, BPJS pusat tidak pernah memunculkan kebijakan tentang ijin tidak diperbolehkan gedung Hemodialisa RSUD Caruban untuk beroperasi.

"Informasi langsung dari ketua Pernefri ini langsung ke BPJS pusat. Katanya BPJS pusat tidak memunculkan kebijakan masalah tidak bolehnya," terang Djoko Santoso.

Pihaknya berharap ijin dari BPJS terkait pelayanan di gedung Hemodialisa RSUD Caruban dengan kapasitas 15 tempat tidur bisa turun dan bisa segera melayani pasien cuci darah.

"Kami berharap karena ini dibutuhkan sekali oleh masyarakat kita aturkan tadi kemungkinan bisa 15 TT untuk Hemodialisa itu bisa penuh. Makanya ketua Pernefri dr Pranata berharap Caruban ini membangun satu unit lagi sejumlah 15 TT lagi untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan yang sementara ini kita rujuk ke rumah sakit yang lain. Hampir 50 persen itu pasien yang ada di Soedono dan Sogaten dari wilayah sekitaran Caruban," pungkasnya.

Sementara itu secara terpisah, Kepala Cabang BPJS Madiun Santy Parulian belum bisa dihubungi karena masih berada di luar kota. Seperti yang disampaikan stafnya yang bernama Tika melalui WhatsApp.

"Saya baru bisa kasih kabar Senin, Sabtu Minggu kita off. Beliaunya masih ada dinas luar kota," begitu kata Tika staf BPJS saat dihubungi.