Usai Viral, Mbah Hawati Penjual Gorengan Dapat Atensi dari Pemkot Surabaya

Usai viral di media sosial (Medsos), Mbah Hawati (73), penjual gorengan keliling akhirnya mendapat atensi serius dari Pemkot Surabaya.


Kala itu, uang hasil jualan Mbah Hawati yang ditaruh di gerobak hilang dicuri saat ia menunaikan salat dzuhur di sebuah halaman masjid di Surabaya.

Peristiwa pencurian itupun sempat terekam oleh kamera CCTV yang kemudian diunggah oleh seseorang melalui postingan di media sosial.

Sontak, postingan itupun langsung mendapat respon yang luar biasa dari netizen.

Tak perlu waktu lama, rupanya Pemkot Surabaya melalui jajaran di tingkat kecamatan dan kelurahan langsung bergerak cepat untuk melakukan penjangkauan atau outrech ke rumah Mbah Hawati.

Camat Wonokromo Surabaya, Tomy Ardianto mengatakan, mendengar informasi tersebut, ia langsung menginstruksikan jajarannya untuk berkoordinasi dengan pihak kelurahan setempat agar dilakukan penjangkauan.

"Saya langsung instruksikan kepada TKSK (Tenaga Kerja Sosial Kecamatan) Wonokromo untuk melakukan penjangkauan terhadap Mbah Hawati beserta keluarganya," kata Tomy saat dikonfirmasi Kantor Berita RMOLJatim, Jum'at (20/3).

Dari hasil penjangkauan yang dilakukan, diketahui suami Mbah Hawati meninggal pada tahun 2006 dan tidak dikaruniai anak.

Selama ini, ia tinggal bersanding rumah bersama kakak kandungnya di Jalan Upa Jiwa III/7, Kelurahan Ngagel, Kecamatan Wonokromo Surabaya.

Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, ternyata Mbah Hawati tidak ingin menggantungkan hidup kepada saudaranya.

Meski dengan kondisi fisik yang sudah renta, Mbah Hawati lebih memilih bekerja dengan cara berjualan gorengan keliling menggunakan gerobak.

Gorengan yang ia jual pun merupakan titipan dari orang. Dengan keuntungan yang ia dapat Rp 200 untuk satu gorengan.

Tomi mengungkapkan, dari hasil outrech yang telah dilakukan, Mbah Hawati diketahui sudah mendapat bantuan BPJS PBI dari APBN.

Namun begitu, Tomi tetap menginstruksikan jajarannya agar intervensi dari Pemkot Surabaya yang belum tercukupi bisa diakomodir.

Diantaranya, bantuan permakanan hingga modal usaha toko klontong, agar Mbah Hawati bisa usaha di rumah.

"Mengingat kondisi Mbah Hawati yang sudah lansia, rawan untuk bekerja di luar dengan gerobak dorong," ujar Tomi.

Hal yang sama juga dilakukan, Lurah Ngagel, Kecamatan Wonokromo Surabaya, Lilik Suryani.

Hingga saat ini kata Lilik tetap mengupayakan terus berkoordinasi dengan dinas terkait agar Mbah Hawati bisa mendapatkan intervensi yang belum tercukupi.

"Kami upayakan berkoordinasi dengan dinas terkait, agar klien (Mbah Hawati, red) ini bisa mendapatkan intervensi yang belum tercukupi," katanya.

Bahkan pada Jum'at (20/3), lalu, lanjut Lilik Pemkot Surabaya melalui Dinas Sosial (Dinsos) juga memberikan bantuan berupa sembako kepada Mbah Hawati.

"Bantuan ini merupakan PSR (Personal Social Responsibility) dari karyawan di lingkungan Dinsos," pungkasnya.