Bisa Dimulai Dengan Tagar #AkuKorbanCoronaJagaDiriKalian

TIDAK seorangpun ingin sakit, apalagi sakit karena tertular virus corona atau Covid-19.


Tak seorangpun ingin menularkan penyakit kepada keluarga, sanak famili, handai tolan, rekan kerja, bahkan ke orang tak dikenal sekalipun, apalagi sakit penyakit yang disebabkan oleh virus corona.

Itu adalah naluri kasih sayang yang ditanamkan Tuhan Yang Maha Esa dalam setiap diri insan semenjak penciptaanya.

***

Penyebaran virus corona telah menggoyahkan sendi-sendi sosial masyarakat kita Indonesia.

Gubernur menghimbau warga perantauan untuk tidak pulang kampung karena dikhawatirkan membawa virus corona.

Saudara di kampung berharap saudara di perantauan tidak pulang kampung karena khawatir membawa virus corona.

Arisan RT sebagai ajang silaturrahmi bulanan ditiadakan karena khawatir akan saling menularkan virus corona.

Pertemuan organisasi kemasyarakatan ditiadakan karena khawatir saling menyebarkan virus corona.

Beribadah di rumah suci juga sudah dibatasi bahkan di rumah ibadah paling suci sekalipun karena khawatir saling menulari virus corona.

Bahkan aktivitas saling bersalaman juga sudah demikian menakutkan karena khawatir saling menularkan virus corona.

Tidak sampai disitu, melihat ada orang bertamu ke rumah tetangga, menjadi bahan perbincangan di group WA, jangan-jangan yang bertamu di rumah tetangga sebelah orang dari daerah yang banyak kasus corona, Jabodetabek misalnya.

Benar-benar sudah parah rusaknya tatanan sosial gara-gara sudah sangat dipercaya bahwa penyebaran virus corona sudah benar-benar tak terkendali.

***

Sendi-sendi ekonomi juga tidak kalah parahnya.

Pekerja ojek online mengeluh tidak ada yang bisa dimakan karena semua orang dilarang keluar rumah.

Penjual bakso dan mie ayam sepi banget karena orang hampir tidak ada yang mau jajan di luar.

Jamu gendong dan kopi sepeda keliling tidak laku, orang tidak mau jajan, takut saling menularkan.

Karyawan swasta was-was gaji tidak dibayar perusahaan. Dibayar pakai apa, perusahaan tidak jalan.

Kantor-kantor tidak ada aktivitas produktif yang menggembirakan, kantor pemerintah maupun kantor swasta.

Apalagi ada pernyataan bahwa pertumbuhan ekonomi bisa 0 porsen tahun ini. Membuat merinding membayangkan implikasi sosialnya dan implikasi pada masa depan bangsa.

***

Namun yang aneh.

Seolah tidak ada kepanikan padahal semua orang panik, panik masal bawah sadar.

Panik masal bawah sadar karena semua serba pukul rata.

Semua orang pukul rata curiga pada semua orang, curiga semua orang bisa jadi penular virus corona.

Semua orang pukul rata curiga pada semua wilayah, curiga semua wilayah bisa jadi ada virus corona.

Semua orang pukul rata curiga pada semua benda, semua benda bisa jadi tempat bercokolnya virus corona.

Pokoknya serba pukul rata.

***

Sumber pukul rata semua masalah di atas sebenarnya hanya satu: Tidak tahu.

Tidak tahu siapa saja yang positif virus corona sehingga pukul rata saja semua orang mungkin positif virus corona.

Tidak tahu siapa saja pasien dalam pengawasan (PDP) sehingga pukul rata saja semua orang mungkin PDP.

Tidak tahu siapa saja orang dalam pemantauan (ODP) sehingga pukul rata saja semua orang mungkin ODP.

Tidak tahu siapa orang yang mengetahui dirinya sudah berinteraksi dengan pasien positif corona, pasien dalam pengawasan, dan orang dalam pemantauan maka pukul rata saja semua orang mungkin sudah berinteraksi dengan mereka dalam ketiga kelompok itu.

Tidak tahu alamat orang yang sudah tertular dan orang sudah berpotensi tertular maka pukul rata saja semua alamat mungkin sudah ada orang tertular dan orang berpotensi tertular dan menularkan.

Tidak tahu komplek dan daerah mana yang ada penghuninya sudah tertular atau berpotensi tertular maka pukul rata saja semua komplek dan daerah mungkin sudah ada orang tertular dan orang berpotensi tertular dan menularkan.

Pukul rata seolah-olah akan membuat rasa aman meningkat.

***

Tentu saja model pukul rata di atas salah kaprah.

Salah kaprah karena seolah tidak ada lagi yang namanya: Kepercayaan.

Seharusnya dalam situasi darurat ini, dalam situasi pandemik virus corona ini, dalam situasi sulitnya menahan laju penyebaran virus corona ini yang diperlukan dan dibangun adalah kepercayaan.

Tanpa kepercayaan, hancur semua sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara kita.

Kita harusnya membangun suatu situasi bahwa semua orang percaya bahwa semua orang negatif corona kecuali yang sudah dinyatakan positif corona.

Kita harusnya membangun situasi bahwa semua orang percaya bahwa semua orang bukan PDP dan ODP kecuali sudah dinyatakan PDP dan ODP.

Kenapa?

Karena masyarakat percaya bahwa siapa saja yang positif corona, PDP, dan ODP sudah mengetahui dirinya berpotensi posotif corona, berpotensi PDP, atau berpotensi ODP sehingga tidak akan keluyuran di ruang publik dan menjalankam protokol sesuai yang disampaikan pihak berweang.

Karena masyarakat percaya bahwa pihak berwenang sigap menangani positif corona, PDP, dan ODP.

Karena masyarakat percaya, mereka tahu aman berinteraksi dengan siapa dan tahu aman berkunjung kemana karena mereka tahu dan diberitahu hal itu.

***

Sayangnya masyarakat tidak mampu melakukan identifikasi semenjak dini apakah dirinya berpotensi menjadi ODP, menjadi PDP, bahkan pasien positif corona. Secara pasti.

Sayangnya masyarakat tidak tahu dengan siapa masyarakat aman untuk berintaksi dan tempat mana masyarakat aman untuk berkinjung. Secara pasti.

Alasannya cuma satu: Tidak cukup informasi.

Tidak cukup informasi untuk mengidentifikasi apakah dirinya pernah berinteraksi dengan penular virus corona atau apakah pernah berkunjung ke rumah atau komplek atau daerah sumber penularan virus corona.

Tidak cukup informasi apakah dirinya pernah berinteraksi dengan orang yang berpotensi penular virus corona (PDP dan ODP) atau apakah pernah berkunjung ke rumah atau komplek atau daerah orang berpotensi penular virus corona.

Tidak cukup informasi apakah dirinya pernah naik transportasi umum atau berkunjung ke fasilitas umum yang pernah disitu ada orang positif corona ataupun PDP dan ODP.

Tidak cukup informasi pasti dan informasi yang dapat dipercaya.

***

Pangkal masalah dari semua itu bisa diurai jika masyarakat bisa mengetahui siapa saja pasien positif corona, siapa saja PDP, dan siapa saja ODP.

Pangkal masalah dari semua itu bisa diurai jika masyarakat bisa mengetahui alamat, komplek, daerah, riwayat aktivitas setidaknya 14 (empat belas) hari terakhir pasien positif corona, PDP, dan ODP. Disamping protokol berjaga-jaga seperti cuci tangan dan lain sebagainya.

Tapi itu tidak mudah. Terjadi perdebatan. Perdebatan sisi kemanuasian bahkan perdebatan sisi hukum, hukum pidanapun masuk wilayah perdebatan.

***

Perdebatan bisa saja di akhir dengan dua langkah.

Langkah pertama, pemerintah menggunakan kewenangnnya sehingga dapat dinformasikan kepada masyarakat luas terntang nama, alamat, dan riwayat perjalanan pasien positif corona, PDP, dan ODP.

Ini akan membuka perdebatan sengit boleh dan tidaknya, sementara penyebaran virus corona sudah seperti deret ukur, 2, 4, 8, 16, 32, 64, 128, dan seterusnya.

Langkah kedua, pasien positif corona dan atau keluarga, PDP, dan ODP mengumumkan sendiri kepada publik atas kesadaran sendiri sebagai kesadaran untuk membantu menahan laju penyebaran pandemik virus corona agar tidak semakin tak terkendali.

Disamping usaha serius Satuan Tugas Penanggulangan Covid-19 untuk meyakinkan pasien dan atau keluaga pasien, langkah kedua ini nampaknya bisa dimulai dengan tagar:

#AkuKorbanCoronaJagaDiriKalian dan #KeluargakuKorbanCoronaJagaDiriKalian.

Hendra J. Kede

Penulis adalah Wakil Ketua Komisi Informasi Pusat RI.


ikuti terus update berita rmoljatim di google news