ITS Produksi Masker Untuk Tenaga Medis

Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) memproduksi   Face Shield Mask atau masker pelindung wajah. Masker ini nantinya akan didistribusikan untuk tenaga medis.


“Target produksi dari Face Shield Mask ini dapat memenuhi 500 sampai 1.000 item setiap hari. Sejak 21 Maret lalu, gagasan ini telah diupayakan untuk mencapai target tersebut," jelas Kepala Laboratorium Integrated Digital Design Departemen Desain Produk Industri ITS, Djoko Kuswanto ST, dalam keterangan tertulis yang diterima Kantor Berita RMOLJatim, Selasa (24/3).

Berdasarkan dari data yang diterima Laboratorium Integrated Digital Design ITS, saat ini kebutuhan masker mencapai 270.000 buah. Didukung fakta tersebut, Djoko menuturkan bahwa akan ada dua jenis prosedur produksi yang diterapkan. Tujuannya adalah efisiensi kerja produksi.

Metode 3D Printing, kata Djoko, menjadi opsi pertama.

“Cara kerjanya adalah dengan menata bahan berupa lelehan sehingga menjadi benda yang dikonsepkan,” terangnya menyederhanakan cara kerja additive 3D Printing.

Kelebihan metode 3D Printing sendiri, menurut Djoko, yaitu barang dapat terproduksi lebih detail sesuai yang dirancang. Akan tetapi, untuk kondisi gawat seperti saat ini, 3D Printing memakan waktu produksi yang cenderung lama. Maka, lanjutnya, alat yang dikenal dengan CNC Router menjadi opsi untuk mengatasi hal itu.

CNC Router merupakan mesin yang dilengkapi dengan digital signal processing (DSP) dalam proses memotong atau mengukir suatu bahan tertentu. Secara singkat, Djoko menuturkan bahwa sistem kerja dengan CNC Router adalah substractive atau dengan melakukan pengurangan. "Dari bahan yang utuh, bahan diukir sedemikian rupa sehingga menjadi produk yang diinginkan," bebernya.

Dengan menggunakan bantuan CNC Router, bekerja sama dengan Laboratorium Protomodel ITS, kecepatan produksi Face Shield Mask ini diharapkan dapat segera memenuhi kebutuhan, khususnya di Jawa Timur dengan permintaan yang telah mencapai 35.000 buah.

Sementara itu, soal distribusi produk, Djoko menyampaikan, topeng masker ini hanya diperuntukkan bagi lembaga klinis yang membutuhkan.

Memperjelas pernyataannya, ia menyebutkan pembagian yang tanpa biaya ini, memiliki alur prosedur distribusi yang tidak sembarangan.

“Kami tidak ingin ada kesalahan penyaluran kepada yang kurang membutuhkan,” tegasnya.