Kata-kata bijak untuk rakyat Indonesia dalam menghadapi pandemi Covid-19 yang disampaikan Staf Khusus Milenial Presiden Joko Widodo, Adamas Belva Syah Devara, menuai kritikan.
- Kasus Demokrat Bukan Dualisme Tapi Murni Pembajakan Parpol Oleh Pejabat Negara
- Golkar Pastikan KIB Bukan Sekoci untuk Ganjar Pranowo
- Mahasiswa Lebih Baik Dorong PT 0 Persen Ketimbang Dukung Capres
Dalam kata-kata bijaknya, Adamas Belva Devara mengatakan demikian: “Bukan waktunya saling menjatuhkan atau saling membully. Ayo bertanya pada diri sendiri “apa yang bisa saya lakukan untuk negeri?”.Menyalakan lilin lebih baik daripada menyalahkan kegelapan”.
Menanggapi ini, Ketua Majelis Jaringan Aktivis Pro Demokrasi (ProDEM) Iwan Sumule mengatakan apa yang dilakukan Adamas Belva Devara terlalu mudah sebagai seorang pejabat negara.
Kata Iwan Sumule, kalau sebatas mengeluarkan kalimat bijak dan menyebarnya sebagai pesan tapi tidak ada kerja nyata yang ditunjukkan, artinya apa yang disampaikan Adamas Belva Devara sebenarnya juga bisa dilakukan oleh masyarakat yang lain.
“Kalau hanya bisa bikin kata-kata bijak, tanpa kejelasan kerja, kita-kita pun bisa,” tuturnya dilansir Kantor Berita Politik RMOL.
Ini berarti, sindir Iwan Sumule, setiap warga negara yang bisa membuat kata-kata bijak seperti pendiri Ruang Guru itu seharusnya juga mendapat besaram gaji yang sama.
“Kita-kita mestinya juga layak dapat Rp 51 juta/bulan seperti stafsus milenial. Iya ngggak sih?” katanya.
Ketua DPP Partai Gerindra ini lantas menajamkan sindirannya dengan ikut membuat kalimat bijak.
"Kesalahan yang paling besar bukanlah kegagalan, melainkan berhenti dan menyerah sebelum merasakan keberhasilan,” begitu kata-kata bijak buatan Iwan Sumule.
- Demokrat Anggap Tuduhan Moeldoko Mirip Pola Pikir Fasis
- Menunggu Reshuffle Jilid II Jokowi, Balas Budi Atau Perbaikan Kinerja?
- Gugatan Anwar Usman ke PTUN Dinilai Bentuk Depresi