Harga Ganja di Prancis Meroket Pasca Lockdown

Angka kasus virus corona di Prancis mencapai 32.000 dengan angka kematian menembus lebih dari 1.900, per hari Jumat (27/3).


Karena itu Prancis lantas memberlakukan lockdown yang berlaku pada 17 Maret lalu. Hal ini diumumkan oleh Presiden Prancis Emmanuel Macron.

Menurut Macron, sebanyak 67 juta warga Prancis hanya memiliki waktu 16 jam untuk persiapan menhadapi lockdown.

Penetapan lockdown ternyata berpengaruh terhadap peredaran narkoba ilegal di negara tersebut.

Ya, sejumlah kartel pun menaikkan harga ganja. Prancis sendiri terkenal sebagai pengonsumsi ganja tertinggi di Eropa. Ganja biasanya diimpor dari Belanda juga Maroko dan Spanyol.

Kini, harga ganja di jalanan kota-kota Prancis meroket setelah kontrol ketat perbatasan diterapkan saat lockdown nasional mencegah wabah virus corona.

Pejabat serikat kepolisian yang bekerja dengan para investigator anti-narkoba menjelaskan harga 100 gram batang resin ganja naik menjadi 500 euro atau sekitar Rp 8,9 juta.

“Prancis tak lagi memperoleh pasokan ganja. Dengan penghentian ekspor dari Moroko, kami melihat harga naik di Prancis saat persediaan turun dan para pengedar menetapkan harga premium,” ujar pejabat kepolisian melansir Reuters.

Kolombia menyatakan sekitar 70 persen resin ganja yang dijual di jalanan Prancis diperdagangkan dari Moroko, melalui Spanyol dan melintasi Pyrenees. Sisanya dikirim melalui Belgia dan Belanda.