Terobosan Baru, Obat Remdesivir Terbukti Ampuh Sembuhkan Pasien Covid-19

Sebuah terobosan obat anti-virus ditemukan untuk membantu pasien sakit kritis dari coronavirus. Pasien rata-rata pulih dalam waktu seminggu.


Obat remdesivir, namanya, diproduksi oleh raksasa farmasi Gilead Sciences, dan telah menjalani uji coba di AS dan uji coba yang lebih kecil di Inggris, di mana beberapa pasien yang sakit parah telah pulih cukup cepat untuk dilepas dari ventilator dalam 24 jam.

Gilead mengatakan, lebih dari 100 pasien telah direkrut untuk uji coba obat di 15 pusat NHS.

Dilaporkan BBC, Universitas Chicago di AS telah melakukan uji coba pada 125 orang dengan Covid-19 sebagai bagian dari uji klinis global. Dua uji klinis Fase 3 Gilead dilakukan, demikian menurut situs berita medis STAT.

Dari orang-orang itu, 113 memiliki penyakit parah. Semua pasien diobati dengan infus remdesivir setiap hari.

Obat antivirus ini menyebabkan pemulihan cepat dari demam dan gejala pernapasan, dengan hampir semua pasien keluar (pulih) dalam waktu kurang dari satu minggu., dan hanya dua pasien yang meninggal.

“Jadi obat itu ada dalam sejumlah percobaan. Ada uji coba yang baru saja selesai di Cina dan saya pikir kita akan segera melihat hasilnya, dan juga dalam uji coba di Inggris yang dipimpin oleh perusahaan obat dan sedang uji coba di AS. Tetapi saat ini belum dalam uji coba kami,” Profesor Peter Horby, yang memimpin uji coba pemulihan obat di Universitas Oxford, Inggris.

Ada harapan baru di sekitar obat remdesivir, setelah kisah sukses di seluruh dunia.

Dr Kathleen Mullane, yang mengawasi uji coba obat di Universitas Chicago mengatakan kepada The Times, "Sebagian besar pasien kami parah dan sebagian besar dari mereka akan pergi dalam enam hari," terang spesialis penyakit menular ini.

Saat ini memang belum ada pengobatan yang disetujui untuk Covid-19 yang telah menginfeksi lebih dari dua juta orang di seluruh dunia. Namun harapan telah disematkan pada remdesivir.

Meski remdesivir sendiri hanya merupakan obat percobaan, dan pada awalnya diharapkan untuk membantu melawan Ebola. Tapi remdesivir telah menjadi pusat perhatian setelah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendaftarkannya sebagai 'kandidat yang paling menjanjikan' untuk terapi Covid-19 pada bulan Januari.

Obat tersebut telah terbukti menghentikan coronavirus serupa lainnya, termasuk MERS, dalam pengujian pada hewan.

Dan pasien Covid-19 pertama berusia 35 tahun yang didiagnosis di AS dilaporkan membaik dalam semalam setelah dokter memberikan remdesivir sebagai upaya terakhir untuk mengobatinya.

Para ilmuwan mengatakan remdesivir memiliki 'dampak mendalam' pada pandemi global.

“Data anekdotal terlihat menjanjikan di permukaan dan terus mendukung beberapa potensi agar obat ini aktif pada pasien Covid-19 tertentu,” kata analis RBC Capital Markets Brian Abrahams dalam sebuah catatan penelitian.

"Meskipun demikian, ada batasan besar untuk mengontekstualisasikan dan menafsirkan data ini."

Sementara The New England Journal of Medicine minggu lalu menerbitkan analisis yang menunjukkan bahwa dua pertiga dari kelompok kecil pasien Covid-19 yang sakit parah melihat kondisi mereka membaik setelah pengobatan dengan remdesivir.

Hilary Hutton-Squire, wakil presiden dan manajer umum di Gilead Sciences UK dan Irlandia, mengatakan Gilead memulai penelitian terhadap remdesivir lebih dari satu dekade lalu.

Dalam tes pada hewan, remdesivir telah terbukti cukup efektif dalam mencegah infeksi dan mengurangi keparahan penyakit serta kerusakan pada paru-paru yang disebabkan oleh Covid-19.

Menurut Dr. Daniel Kuritzkes, kepala penyakit menular di Brigham and Women's Hospital di Boston, tempat penelitian tentang remdesivir sedang berlangsung mengatakan, "Ini (remdesivir) mengganggu enzim yang mereproduksi materi genetik virus."

Sementara dokter yang memimpin pencegahan Korea Selatan terhadap Covid-19 dan Mers pada tahun 2015, Kim Woo Joo mengatakan, bahwa remdesivir yang lebih efektif untuk memerangi infeksi Covid-19 saat ini akan tersedia lebih cepat.

"Jika semuanya berjalan dengan baik, saya berharap efektivitas obat-obatan ini akan dibuktikan secara ilmiah dalam tiga sampai empat bulan," ungkap Kim Woo Joo.