Kepergian Didi Kempot Duka Mendalam Bagi Kanang dan Sobat Ambyar Plus Kempoters

Kanang demikian panggilan akrabnya dari Budi Sulistyono yang merupakan Bupati Ngawi dua periode ini mempunyai pengalaman mendalam terhadap Didi Kempot. Ia mengaku sudah mengenal 20 tahun dengan maestronya campursari dengan nama asli Didi Prasetyo tersebut. 


"Dengan Mas Didi ini ada suka duka penuh dengan kesan sepanjang karirnya. Saya mengenal beliau sejak masih jadi pengamen dan saya sendiri masih sebagai Satgas PDIP," kata Kanang saat menghadiri pemakaman Didi Kempot di TPU Dusun Jatisari, Desa Majasem, Kecamatan Kendal, Ngawi, Selasa, (5/5).

Jelas Kanang, sebelum kepergian Didi Kempot tidak ada firasat sama sekali bahkan pada Senin malam, (4/5), sekitar pukul 23.30 WIB masih melakukan komunikasi via selular.  Tidak menyangka jika kontak komunikasi itu untuk terakhir kalinya. Dalam kontak telepon, Kanang membicarakan dengan almarhum mengenai konsep konser digital amal pencegahan Covid-19 yang bakal digelar pada 25 Mei 2020 atau lebaran hari kedua. 

"Iya komunikasinya biasa saja tidak ada tanda-tanda beliau sakit. Panjang lebar soal ngobrolnya seputar konser digital bahkan beliau tidak mau memungut honor saat konser amal itu nantinya," ulasnya.

Kesedihan mendalam juga tampak pada diri Triyono Hercules Korlap Sobat Ambyar dan Kempoters Jawa Timur. Ia mengatakan Didi Kempot merupakan satu sosok yang inspiratif dan mempunyai filosofi kehidupan luar biasa diibaratkan 'gelandang dadi ndalan'.  Triyono yang Kades Grudo, Kecamatan Ngawi Kota mengaku ketemu terakhir kali dengan mendiang almarhum pada Jum'at pekan kemarin, (1/5). 

"Tidak ada pesan apapun ya bahkan beliau kasih salam terhadap saya terhadap lagu Korono Sumingkiro," ungkap Triyono. 

Menurutnya, karakter adik dari Mamik Prakoso seniman Srimulat itu sangat bersahaja dan mempunyai jiwa sosial tinggi. Akhir-akhir ini lewat besutan Didi Kempot sengaja meroketkan para pendatang baru untuk tampil di dunia musik tanah air dengan kolaborasi apik dan menyentuh. 

Melalui lagu-lagu bernuansakan patah hati dan kesedihan wajar jika digandrungi multi klaster mulai generasi Z hingga kalangan muda yang notabene generasi milenial.

Masih kata Triyono, berhijrah dari pengalaman hidup Didi Kempot bisa menjadikan petunjuk hidup ditengah masyarakat. Didi Kempot selalu memahami sesama dengan segala konsekuensinya, ia peka dengan tangisan kemanusian.

"Selamat jalan ndan (panggilan Didi Kempot versi Triyono-red) kami semua dari Sobat Ambyar dan Kempoters mendoakan arwahmu diterima oleh Allah SWT. Kesedihan tidak akan tergantikan hanya dengan karyamu setiap saat akan kami dengar," pungkasnya.