Survei IDM: 82,9% Responden Nyatakan Kartu Prakerja Sangat Bermanfaat

Antusiasme masyarakat terhadap program Kartu Prakerja sangat tinggi. Progam ini sangat diminati mereka yang akan memasuki dunia kerja dan usaha. Meski demikian, harus ada perbaikan dalam sistim dan konten penyampaian modul-modul pelatihan online.


Setidaknya, demikian tergambar dari temuan hasil survei yang dilakukan Indonesia Development Monitoring (IDM).

“Survei ini bertujuan memotret pendapat masyarakat tentang program kartu Prakerja di saat pandemi Covid 19,” terang Direktur Eksekutive IDM Fahmi Hafel dalam keterangannya seperti dilansir Kantor Berita Politik RMOL, Selasa (12/5).

Fahmi menjelaskan, dari hasil jajak pendapat itu ditemukan fakta bahwa pengenalan dan pengetahuan masyarakat tentang Program Kartu Prakerja dari janji kampanye Presiden Joko Widodo saat Pilpres 2019, cukup tinggi.

“Dari 1318 responden yang disurvey sebanyak 78,45 mengetahui benar adanya program Kartu Prakerja, sedangkan 21,6 persen lain mengaku belum benar-benar paham,” terang dia.

Dari hasil survei, tambah dia, sebanyak 71,6% masyarakat mengetahui manfaat program Kartu Prakerja. Sedangkan 28,4% lainnya, mengaku masih belum paham.

Sementar 82.9% responden menyatakan bahwa Kartu Prakerja sangat bermanfaat bagi mereka khususnya untuk memasuki dunia Kerja dan dunia wiraswasta.

“Sebanyak 10,7% menyatakan belum merasakan kegunaan Kartu Program Pra Kerja dan sebanyak 8,4% tidak memberikan jawaban,” tambah dia.

Fahmi menambahkan, dari temuan survei didapati juga bahwa dari jawaban responden sebanyak 48,6% merupakan masyarakat terkena PHK akibat dampak Covid-19, sebanyak 38,8% merupakan fresh graduate yang unskill di dunia kerja dan wiraswasta dan 12,6% merupakan pekerja tidak tetap di sektor informal.

“Dari temuan survei, 70,7% responden menyatakan dana yang didapat Kartu Prakerja sangat membantu meringankan beban ekonomi keluarga mereka yang menurun akibat terdampak Covid-19. Sedangkan 20,1% responden menyatakan cukup membantu kehidupan ekonomi mereka,” ujar dia.

Fahmi menambahkan, dari temuan survei sebanyak 68,9% responden mengaku kesulitan untuk mengerti dan paham pelatihan pelatihan yang disediakan platform digital secara online dalam program Kartu Prakerja dengan alasan tidak menguasai teknologi internet dan tidak punya gadget atau komputer di rumah.

“Sebanyak 20,7% menyatakan cukup paham, sedangkan sebanyak 10,7% menginginkan pelatihan dalam bentuk tatap muka langsung. Misal pelatihan menjadi barista.”

Fahmi menambahkan, dari survei tersebut pihaknya menyimpulkan,  Program Kartu Prakerja memang sangat diminati oleh masyarakat yang ingin masuk ke dunia kerja dan usaha. Hal ini tergambar dari antusias pendaftar yang mencapai 3,7 juta peserta.

“Di saat pandemi Covid-19, program Kartu Prakerja sangat dibutuhkan oleh masyarakat yang kehilangan usaha dan pekerjaannya,” ujar Fahmi.

Meski demikian, pihaknya memberi catatan, harus ada perbaikan dalam sistim dan konten penyampaian modul-modul pelatihan online agar bisa lebih dimengerti peserta program Prakerja.

“Harus ada modul modul pelatihan dalam program kartu Pra Kerja secara tatap muka langsung dengan para trainer. Artinya kedelapan Platform Digital itu harus memiliki training center di seluruh Indonesia yang bisa memberikan pelatihan secara tatap muka langsung,” ujar dia.

Fahmi menerangkan, survei  yang dilakukan sejak tanggal 18 Maret sampai 2 Mei 2020 ini menggunakan metode multistage random sampling. Survei ini mengambil sample sebanyak 1318 warga negara Indonesia yang sudah berumur di atas 17 tahun, di 29 provinsi dan 430 kabupaten/Kota. Responden diwawancara langsung melalui saluran telepon.

“Survei ini memiliki tingkat kepercayaan 95% dan margin of error sebesar kurang lebih 2,7 persen,” tandas Fahmi.