Kasus Covid-19 Melonjak Dan Angka Kematian Tinggi, DPRD Jatim: Harus Ada Tindakan Preventif Massif

Anggota komisi E DPRD Jawa Timur dr Benyamin Kristianto menilai melonjaknya kasus positif Covid-19 dan tingginya angka kematian di Jatim karena pemerintah terlambat melakukan screening berupa Rapid Test massal kepada warganya.


Sehingga, para penderita Covid-19 yang tidak terlacak masih terus melakukan penularan. Kondisi itu mengakibatkan klaster baru penularan Covid-19 bermunculan dan penyebarannya sulit dikendalikan.

"Yang pertama karena screeningnya terlambat. Begitu ada klaster baru langsung dilacak dan dilakukan rapid test itu sudah bagus. Tapi alangkah baiknya kalau dibalik, harus dites secara massif dan ada target yang terukur sehingga penderitanya dapat dipetakan," katanya pada Sabtu (16/5).

Politisi Partai Gerindra itu menyarankan agar Pemprov Jatim melakukan kebijakan bersifat preventif massif selama masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), yakni melakukan Rapid test massal dan membagikan masker kepada warga secara serentak. Langkah itu diperlukan untuk melacak warga yang positif Covid-19 dan mencegah potensi adanya klaster penularan baru di Jatim.

Sehingga, kebijakan pembatasan sosial itu bisa berjalan maksimal dan penularan Covid-19 memang bisa ditekan. Dia ragu PSBB di Surabaya Raya dan Malang Raya yang sudah diberlakukan akan berjalan efektif, jika kebijakan preventif massif itu tidak dilakukan oleh Pemprov Jatim.

"Kalau saya melihat test yang dilakukan harus massif. Misalnya ada kebijakan Pemprov Jatim dan kabupaten/kota melakukan Rapid Test kepada satu keluarga, dipilih saja yang paling sering keluar siapa misalnya ayahnya ya langsung ditest. Dari situ akan ketahuan petanya dan langsung begitu ada yang positif dikarantina," tambahnya.

Benyamin juga menyarankan agar para pedagang dan penjual makanan terutama yang digandeng Pemprov Jatim juga di screening untuk meminimalisir potensi penularan Covid-19.

"Jangan sampai misalkan yang menjual makanan itu ternyata positif Covid-19 dan ditularkan kepada pembelinya karena proses pengemasan tidak higienis. Karena itu harus dilakukan rapid test kepada mereka," jelasnya.

Benyamin mengusulkan agar Pemprov Jatim mengalokasikan anggaran khusus untuk membeli alat Rapid Test dan masker untuk dibagikan kepada warganya. Alat itu harus dibagikan secara massif dan serentak, supaya kabupaten/kota bisa segera memetakan adanya potensi klaster baru. Dia optimis, jika tindakan preventif massif itu dilakukan, angka penularan Covid-19 di Jatim bisa ditekan.

Seperti diketahui, jumlah pasien Coronavirus Disease 2019 atau Covid-19 di Jawa Timur terus bertambah. Data Pemprov Jatim per Sabtu 16 Mei 2020 setidaknya ada tambahan 167 orang. Terbanyak sejak pertama kali virus ini masuk ke Indonesia awal Maret silam.

Tambahan terbesar yakni di Surabaya yang per hari ini dengan 90 orang. Dengan begitu kini pasien yang terjangkit virus SARS CoV-2 di kota pahlawan tembus seribu atau tepatnya 1.035 orang. Setara dengan 49,5 persen dari total seluruh pasien di Jawa Timur.

Selain Surabaya, tambahan daerah lainnya diantaranya, Sidoarjo 45 orang menjadi 281 pasien. Lalu Kabupaten Pasuruan bertambah sepuluh orang, Kanupaten Probolinggo dan Magetan masing-masing lima orang. Kabupaten Malang dan Gresik tiap daerah dua orang.

Kemudian Lumajang, Bojonegoro, Kota Malang, Kota Kediri, Jember dan Kota Pasuruan masing-masing satu orang.

Tambahan 167 orang ini, total kini jumlah masyarakat Jatim yang sudah terinfeksi Covid-19 sebanyak 2.088 orang. Dari angka itu, 312 pasien dinyatakan sembuah atau setara dengan 14,94 persen. Sedangkan yang meninggal 196 orang atau 9,39 persen.