Ada Ketidakadilan Dari Penerapan PSBB, Ritual Keagamaan Dilarang Tapi Mall dan Konser Musik Aman-aman Saja

Ada ketidakadilan dalam Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang diterapkan pemerintah.


KH Luthfi Basori menyoroti kebijakan pelarangan salat Ied yang menjadi berpolemik. Pemerintah melarang masyarakat salat Jumat dan salat Ied, sedang di sisi lain mall dan pasar, terutama konser musik amal yang tidak menjaga protokol kesehatan, malah aman-aman saja.

“Tahun ini acara peringatan Nuzulul Quran sengaja ditiadakan, karena terdampak ketatnya peraturan cegah penularan Covid-19. Namun sebagai gantinya diadakan konser musik amal dan pasar lelang,” sindir Kyai Luthfi pada Kantor Berita RMOLJatim, Kamis (21/5).

Dikatakan Kyai Luthfi, tidak sedikit masyarakat menerapkan protokol kesehatan PSBB, namun tidak sedikit pula yang melanggar. Hal disebabkan banyak masyarakat kebingungan dengan kebijakan pemerintah.

“Kita tahu satu keluarga itu dinilai taat aturan jika berada di rumah, sekalipun suami, istri dan ketiga anaknya hidup bersama tanpa masker dan tanpa batas berjarak, maka dinilai aman dari Covid-19. Jika mereka keluar bersama-sama, naik satu mobil, maka saat itulah berlaku hukum jaga jarak satu meter antar mereka. Jika tidak, terancam sanksi hukum PSBB, karena divonis rawan terjangkit Covid-19, walaupun tidak keluar-keluar mobil,” sebutnya.  

Karena itu jika ada masyarakat yang melanggar protokol PSBB karena faktor kesengajaan atau ketidaktahuan, petugas jangan lantas berbuat arogan pada rakyat.

Kyai Luthfi menanggapi kasus Habib Umar Assegaf yang videonya viral usai dicegat petugas PSBB hingga terjadi cekcok dan adu fisik, menurutnya, ada kesan aparat arogan sebab hanya berdalil aturan semata.

Ditambahkannya, adanya masyarakat satu alamat dan satu mobil, seharusnya dicek terlebih dahulu. Petugas tidak boleh sembarangan melarang orang duduk berdampingan dalam satu mobil, termasuk pengendara pasangan suami istri. Apalagi sampai menyuruh putar balik.  

“Andaikata bisa diterapkan minimal seperti hotel, jika ada KTP yang alamatnya sama satu rumah, ya boleh bersama-sama, tapi kalau mencurigakan bukan satu keluarga, maka diharuskan pulang balik. Tentu cara ini lebih manusiawi dan elegan,” jelasnya.