PDIP Surabaya: Selamat Idul Fitri, Tak Bersalaman Tapi Saling Memafkan

DPC PDI Perjuangan Kota Surabaya mengajak masyarakat Kota Pahlawan untuk menyambut Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1441 Hijriah dengan penuh syukur. Serta menguatkan semangat gotong royong untuk menghadapi pandemi Covid-19. 


Partai politik berlambang banteng moncong putih tersebut juga mengajak warga untuk tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan di tengah situasi pandemi.

”Kami keluarga besar PDI Perjuangan Kota Surabaya mengucapkan selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1441 Hijriah. Mohon maaf lahir dan batin,” ujar Ketua DPC PDIP Kota Surabaya, Adi Sutarwijono, Sabtu (23/2).

Adi yang juga ketua DPRD Kota Surabaya mengatakan, Hari Raya Idul Fitri tahun ini dirayakan dengan cara berbeda dibanding tahun lalu. Di tengah imbauan agar warga tetap di rumah, tidak menggelar halalbihalal yang mengumpulkan banyak orang, dan tidak pulang kampung atau berpergian ke luar kota.

”Kita bersilaturahmi dan saling memaafkan dengan tidak saling berjumpa fisik dan tidak bersalaman. Dengan memanfaatkan teknologi komunikasi, kita saling bermaaf-maafan. Kita tidak bersalaman, tapi hati pasti saling memaafkan. Kita perkuat tali silaturahmi dengan cara yang lain,” kata Adi.

Adi menambahkan, Hari Raya Idul Fitri tahun ini juga diharapkan bisa memperkuat gotong royong nasional dalam balutan silaturahmi antarwarga.

”Silaturahmi untuk memperkuat kohesivitas sosial harus diwujudkan dalam kerja gotong royong agar Surabaya dan Indonesia bisa melewati masa pandemi ini dengan baik,” papar Adi. 

”Kita bergotong royong dan ambil tanggung jawab sesuai bidang masing-masing. Termasuk warga bisa ambil tanggung jawab dengan disiplin menerapkan protokol kesehatan, mulai cuci tangan pakai sabun, memakai masker, menjaga jarak, menghindari kerumunan orang, mengonsumsi gizi seimbang dan rajin olahraga,” imbuh Adi.

Adi kemudian menyinggung sejarah ”halalbihalal” yang diperkenalkan oleh Presiden Sukarno dan KH Wahab Chasbullah. Bung Karno meminta pendapat Kiai Wahab terkait situasi bangsa ketika itu, di awal kemerdekaan, yang penuh gejolak. Antar-elemen ketika itu terpecah. Sehingga oleh Bung Karno, momentum Lebaran digunakan untuk membangun persaudaraan nasional.

"Maka muncullah istilah halalbihalal, saling memaafkan dan saling menghalalkan. Maka dalam konteks saat ini, Lebaran menjadi tradisi yang menyatukan. Kita saling memaafkan, lupakan semua perbedaan, dan kita perkuat kerja-kerja untuk menangani Covid-19 serta memulihkan kualitas kehidupan rakyat,” katanya.

“Sekali lagi,  selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1441 Hijriah. Mohon maaf lahir batin atas semua kesalahan, kekhilafan dan kelalaian,” pungkas Adi.