Hanya Sajikan Data Ketimbang Solusi, Kinerja Gugus Tugas Covid-19 Jatim Dipertanyakan

Pengamat Kebijakan Publik, Isa Anshori menilai kemarahan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini terhadap Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Jawa Timur lantaran sabotase dua mobil Polymerase Chain Reaction (PCR) bantuan khusus untuk Surabaya dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) ke Lamongan dan Tulungagung, dinilai sangatlah wajar.


Menurutnya sikap Risma itu demi memperjuangkan warga Surabaya agar terbebas dari virus corona. 

Apalagi data terakhir jumlah pasien positif Covid-19 di Surabaya telah menyumbang 57 persen dari jumlah total pasien positif Covid-19 se-Jawa Timur yang kini telah mencapai 4.409 orang.

Meskipun tidak ada istilah bantuan khusus dari BNPB, kata Isa, kota Surabaya harus mendapat prioritas utama, karena melihat kurva data pasien yang cukup tinggi se-Jatim.

“Ini menjadi pertanyaan besar bagi saya, kenapa dua mobil PCR itu malah dialihkan ke Tulungagung dan Lamongan yang jumlah pasiennya tidak begitu parah dan membahayakan. Saya kuatir Surabaya seperti Wuhan akan terjadi sungguhan,” ungkap mantan Ketua Dewan Pendidikan ini, Sabtu (29/5).

Isa juga menyoroti kinerja Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Jatim beberapa bulan terakhir. 

Sejak awal dibentuk, Isa menyebut gugus tugas tersebut lebih banyak menyampaikan perkembangan data ketimbang menyajikan solusi konkret kepada masyarakat. 

Tidak sedikit pula, rata-rata yang disampaikan justru membuat publik makin panik. 

Misalnya soal tingkat recovery di Surabaya yang rendah, tuduhan penelantaran pasien, dan terbaru soal Surabaya bisa menjadi seperti Wuhan. 

"Semuanya disampaikan tanpa upaya dan solusi konkret dari Pemprov. Sehingga wajar bila masyarakat makin bingung," terangnya. 

Problem lain datang dari sektor tenaga kesehatan. Berdasarkan data dari Pemprov Jatim, jumlah tenaga kesehatan yang terpapar virus Covid-19 di Jatim cukup banyak. 

Jumlahnya mencapai 135 orang. Hal ini, menurut Isa, sangat mengkhawatirkan. Ini tentu menjadi salah satu indikator bahwa fungsi pembinaan rumah sakit-rumah sakit di Jatim oleh Gugus Tugas Penanganan Covid-19 belum berjalan maksimal. 

"Banyak keluh kesah dari rekan saya yang bekerja di bidang kesehatan. Sebagian dari mereka merasa lelah dan takut tertular Covid-19. Apalagi banyak kabar korban jiwa dari tenaga kesehatan yang beredar di media sosial," imbuhnya. 

Terkait hal ini, Isa berharap Pemprov Jatim harus mengevaluasi diri. Fungsi pembinaan rumah sakit tetap harus dijalankan secara intensif oleh Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Jatim selalu koordinator di daerah. 

Sebelumnya, Ketua Rumpun Tracing Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Jatim, Kohar Hari Santoso mengatakan, jumlah tenaga medis yang terpapar Covid-19 di Jatim mencapai 135 orang. Dengan rincian 62 perawat dan 47 dokter. Sisanya merupakan tenaga medis lain seperti petugas laboratorium, apoteker dan staf rumah sakit.