Tanggapi Golkar, PDIP: Apakah Salah Risma Membela Rakyat Surabaya?

Anggota DPRD Jawa Timur dari Fraksi PDI Perjuangan Deni Wicaksono menilai, sikap Walikota Surabaya Tri Rismaharini yang kecewa ketika mobil laboratorium tes PCR yang semula dijadwalkan untuk Surabaya tiba-tiba dialihkan oleh Pemprov Jatim ke daerah lain adalah hal yang wajar.


”Saya kira sikap Bu Risma wajar. Masyarakat sudah tahu rekam jejak Bu Risma dalam membangun Surabaya. Tipikal kepemimpinan PDI Perjuangan dan Bu Risma adalah berkorban untuk masyarakat. Jadi apakah salah jika Bu Risma membela rakyatnya, yang sudah menunggu untuk tes tapi kemudian batal karena mobil dialihkan ke daerah lain?” kata Deni Wicaksono, Sabtu (30/5).

Deni pun menanggapi pernyataan Ketua Fraksi Golkar DPRD Jatim Kodrat Sunyoto yang menyebut Risma bersikap ”lebay” atau berlebihan dengan marah karena persoalan mobil tes PCR tersebut.

”Golkar jangan terkejut, karakter orang Surabaya memang blak-blakan begitu, terbuka dan apa adanya, apalagi kalau kehormatan kawannya, dalam hal ini rakyat, diabaikan orang lain,” ujarnya.

Deni mengingatkan, kepemimpinan yang baik adalah kepemimpinan menyatu dengan rakyat, kepemimpinan yang merasakan susahnya rakyat.

”Surabaya semestinya diletakkan dalam aspek prioritas dan strategis oleh Pemprov Jatim. Pemimpin di Pemprov Jatim harus singkirkan ego. Ketika rakyat Surabaya disuruh menunggu berjam-jam kemudian tes batal, di saat itulah pemimpin harus tampil melawan ketidakadilan,” jelasnya.

Justru, sambung Deni, ketika Risma tidak membela rakyatnya maka dia menjadi pemimpin yang salah.

”Teman Golkar bilang, apa Bu Risma tidak malu dilihat masyarakat ketika marah? Saya bilang, bagi PDI Perjuangan, kita tidak mengenal malu untuk membela rakyat. Kita malu kalau lebih membela kepentingan politik dukung-mendukung daripada membela rakyat,” ujarnya.

Seperti diketahui, Ketua Fraksi Golkar DPRD Jatim Kodrat Sunyoto mengatakan, Risma seharusnya tidak perlu marah-marah. Dan jangan mencari sensasi di tengah pandemi covid-19.

“Walikota Surabaya gak usah lebay, bicara baik-baik kan bisa. Kok ga malu dilihat masyarakat,” ujar Kodrat, Sabtu (30/5).

Deni menjelaskan, jika Gubernur dan Wagub Jatim fokus dan cermat dalam penanganan Covid-19 di Jatim, maka penentuan skala prioritas menjadi hal mutlak. Jika ingin melandaikan kurva, maka kendalikan tingkat episentrum tertinggi. Salah satunya dengan perluasan dan penambahan tes berbasis PCR di tempat episentrum tertinggi untuk segera dilakukan langkah mitigasi.

”Tapi faktanya Gubernur dan Wagub tidak melakukan aksi strategis. Mobil tes PCR hanya salah satu contoh. Contoh lain, tidak ada antisipasi sehingga rumah sakit overload, dan baru-baru ini bingung RS darurat. Lalu apa gunanya Gubernur dan Wagub bikin banyak seremoni, tiap hari konferensi pers penambahan jumlah pasien, jika tak diiringi aksi strategis?” pungkasnya.