Tiga Tantangan Pengendalian Inflasi Jatim Saat Pandemi Covid-19

Terdapat tiga tantangan utama pengendalian inflasi di Jawa Timur (Jatim) sejak terjadi pandemi Covid-19.


“Pertama kendala distribusi pangan di tengah PSBB di sejumlah wilayah, Kedua penurunan demand masyarakat akibat pelemahan daya beli dan dampak psikologis penyebaran COVID-19, yang berpengaruh pada potensi deflasi komoditas yang lebih dalam,” kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jatim, Difi Ahmad Johansyah dalam keterangan tertulis yang diterima Kantor Berita RMOLJatim, Sabtu (30/5).

Ketiga, lanjutnya, antisipasi dampak perpanjangan penerapan PSBB maupun kondisi new normal pasca COVID-19 terhadap kecukupan stok

Dalam menjawab tantangan tersebut, apresiasi diberikan kepada TPID Provinsi Jatim yang telah mengambil berbagai langkah inovasi. Salah satunya berupa kelembagaan Lumbung Pangan Jatim, yang tidak hanya menjadi wadah dalam menjaga stabilitas harga dan ketersediaan pasokan pangan di Jatim.

”Ke depan lumbung pangan ini bisa juga diharapkan dapat berfungsi menjadi pusat kerjasama antar daerah khususnya untuk komoditas pertanian di Indonesia,” ucapnya.

Dia menegaskan, pasca High Level Meeting TPID perlu adanya evaluasi dan penguatan fungsi Lumbung Pangan Jatim. Tujuanya agar berjalan optimal dalam pelaksanaan tugasnya di masa yang akan datang.

Selain itu juga penting dilakukan upaya mapping stok komoditas pangan Jawa Timur yang nantinya dapat menjadi landasan Kerjasama Antar Daerah berdasarkan data neraca pangan yang akurat.

Hal tersebut dipaparkan Difi melalui high level meeting Tim Pengendalian Inflasi Daerah bersama Gubernur dan Wakil Gubernur Jatim pada Jumat (29/5).

Dalam kesempatan itu, Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa juga menyampaikan ada banyak langkah kebijakan pemulihan ekonomi di Jatim.

Hal itu diarahkan untuk memperbaiki dua sisi, baik demand dan supply melalui relaksasi beberapa kebijakan dalam mendorong konsumsi, mendukung dunia usaha dan mempertahankan investasi, serta mendukung ekspor-impor.

Diharapkan dapat muncul adanya inovasi yang mendukung implementasi new normal dan perbaikan ekonomi ke depan.

“Inovasi tersebut diharapkan berasal dari TPID Kabupaten/Kota di wilayah Jawa Timur, sehingga dapat menjadi role model inovasi nasional,” jelasnya.

Sementara, Wakil Gubernur Jatim, Emil Dardak menambahkan sektor pertanian, yang merupakan salah satu penopang utama perekonomian dan melibatkan setidaknya 1/3 tenaga kerja di Jawa Timur, tidak mengalami goncangan yang besar akibat Covid-19.

Namun, produk turunan sektor pertanian khususnya olahan holtikultura, turut terpukul seiring dengan melemahnya sektor pariwisata di tengah pandemi Covid-19.

“Karena itu, perlu adanya komunikasi efektif, inovasi, dan sinergi antar stakeholders dalam memasarkan produk UMKM pangan Jawa Timur, termasuk potensi kolaborasi dengan Lumbung Pangan Jatim sebagai salah satu jalur pemasaran,” demikian Emil.