Yang Tetap Ngotot Pilkada Serentak Digelar 9 Desember Ingin Gunakan Isu Pandemi untuk Menang

Desakan Pilkada serentak 9 Desember 2020 agar ditunda, disuarakan sejumlah kalangan aktivis.


Menurut aktivis Muhammad Trijanto, gelaran Pilkada 9 Desember 2020 akan memicu klaster baru virus corona atau Covid-19.  

“Dikhawatirkan tahapannya mampu memunculkan klaster baru dalam penyebaran Covid-19. Kalau terus dipaksakan oleh pihak-pihak yang punya kepentingan sesaat, siapa nanti yang bertanggung jawab jika ada lonjakan korban virus corona ini?” Kata Trijanto pada Kantor Berita RMOLJatim, Rabu (3/6).

Dikatakan Trijanto, dalam kondisi pandemi Covid-19, saat ini negara lebih membutuhkan anggaran untuk ketahanan pangan dan recovery ekonomi.

“Negara kita lebih membutuhkan prioritas anggaran untuk pangan dan recovery ekonomi, bukan pesta demokrasi yang dibingkai manis oleh Pilkada. Bukankah Pilkada sangat berbeda dengan Pilpres yang konsekuensinya apabila ditunda bisa vacum of power,” jelasnya.

Karena itu bila ada pihak-pihak terutama petahana yang tetap ngotot menggelar Pilkada serentak pada 9 Desember, Trijanto menduga bahwa mereka hanya ingin memanfaatkan isu pandemi untuk memenangkan pemilihan.

“Mereka ingin menang tanpa berkeringat melalui isu pandemi. Sebab anggaran Covid-19 sangat luar biasa, digelontorkan dari uang rakyat dan dibagikan oleh elit politik yang sedang berkuasa. Ditambah, mereka tidak bisa dipidanakan. Penantang tidak boleh berkerumun, sedangkan petahana jumpa pers dan menggiring opini publik melulu dengan menggunakan anggaran rakyat,” tandasnya.

Trijanto lantas mencontohkan wacana belajar mengajar di rumah hingga akhir tahun dengan Pilkada. Menurutnya, jika ajaran tahun baru resmi awal tahun, mengapa kepentingan politik justru dipercepat.

“Kalau anak-anak belajar mulai awal tahun, kenapa kok nggak awal tahun depan semua. Ingat masyarakat dilarang berkumpul dan bikin kerumunan, itu amanah maklumat loh,” pungkasnya.