Seorang bayi laki-laki berusia enam bulan di Kota Madiun menderita hidrosefalus. Bayi tersebut hanya bisa tidur tetelentang di kasur. Kepalanya semakin membesar dan memperihatinkan.
- Angka Stunting Tembus 16 Persen, Menko PMK Muhadjir Minta Pemkab Sidoarjo Kerja Keras
- Begini Gebrakan Pemkab Kediri Cegah Tindak Pidana Korupsi
- Seleksi Jabatan Sekda, Fikser: ASN Banyak S-3, Tidak Semua Diklat Pim 2 dan Eselon 2
Bayi tersebut bernama Elvano Kenzie Mahardika, anak pertama dari pasangan Agus Supriyanto, 29, dan Yuli Fatmawati, 25.
Keluarga kecil ini tinggal secara sederhana di kamar indekos dengan ukuran 3 meter x 4 meter di Jalan Kemuning Gang 5, Kelurahan Oro-Oro Ombo, Kecamatan Kartoharjo, Kota Madiun.
Sesekali bayi ini menangis. Agus, sang ayah, terlihat mengelus tubuh si kecil dengan sentuhan lembut yang bertujuan supaya lebih nyaman dan tidak menangis.
Agus mengatakan anaknya sejak lahir memang menderita hidrosefalus. Dengan berat badan 4,6 kg, Elvano lahir dalam kondisi kepalanya sudah membesar.
Sebenarnya kondisi Elvano akan lahir dengan kondisi yang tidak normal sudah diketahui sejak masih dalam kandungan.
"Saat usia kandungan tujuh bulan. Saya baru punya rezeki untuk melakukan pemeriksaan dan USG kandungan istri. Saat itu disebutkan kalau kepala anaknya kebanyakan cairan," kata Agus saat ditemui Rabu (3/6) siang.
"Saat lahir, memang kepalanya sudah membesar," ujarnya.
Saat berusia tujuh hari, Elvano kemudian menjalani operasi hidrosefalusdi RSUD dr. Soedono Madiun. Pengobatan dan operasi itu semuanya ditanggung BPJS Kesehatan.
Namun, setelah dua bulan pasca operasi kepalanya kembali membesar dan kondisinya pun semakin mengkhawatirkan. Elvano kerap kejang-kejang dan badannya panas tinggi.
Kemudian Agus kembali membawa anaknya itu ke RSUD dr. Soedono untuk menjalani perawatan. Selama hampir dua pekan menjalani rawat inap di rumah sakit, kondisi bayi laki-laki itu semakin membaik.
Elvano kemudian dibawa lagi pulang ke rumah untuk dirawat. Pada bulan Maret itu, sedang mulai marak kasus Covid-19.
"Setelah itu kan ramai-ramai kasus corona. Perawatan hanya dilakukan rawat jalan. Tetapi harus kontrol seminggu sekali," jelas dia.
Menurut keterangan Agus, terakhir kali anaknya dikontrol di rumah sakit pada tanggal 16 April lalu. Setelah itu, karena BPJS Kesehatannya menunggak bayar sehingga tidak bisa digunakan, akhirnya kontrol perawatan itu pun dihentikan.
"Saya ikut BPJS Kesehatan mandiri. Ternyata ada tunggakan bayar BPJS. Sehingga kartu itu tidak bisa digunakan. Untuk kontrol, saya harus menggunakan layanan umum. Tetapi karena saya tidak punya uang untuk membayarnya, ya akhirnya anak saya tidak dikontrol," katanya.
Setelah lebih dari satu bulan tidak menjalani perawatan dan kontrol, lanjut dia, akhirnya Elvano akan bisa kembali menjalani perawatan setelah kartu BPJS Kesehatannya dilunasi preminya.
Disaat anaknya membutuhkan biaya perawatan yang cukup banyak, justru Agus keluar dari pekerjaannya sebagai karyawan di salah satu warung nasi goreng di Kota Madiun. Bukan tanpa alasan, Agus keluar karena tempat usahanya sudah tidak kuat membayar gajinya.
Sudah hampir tiga bulan, Agus pun menganggur dan hanya bekerja serabutan saja. Untuk biaya hidup keluarga dan perawatan si kecil, hanya sang istri yang menjadi tumpuan keluarga ini bekerja sebagai karyawan konveksi.
- Dirut PDAM Surya Sembada Resmikan Pekerjaan Rehabilitasi Pipa Jaringan PDAM Tahun 2023
- Akademisi Unej Usulkan Dua Rekomendasi Revitalisasi Kebudayaan Era Generasi Z
- Bupati Lamongan Mendapat Penghargaan AK PWI pada Puncak HPN di Kendari