Soal Zona Hitam, Gugus Tugas Pemprov Jatim Dianggap Bunuh Karakter Warga Surabaya

Pernyataan Ketua Rumpun Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jawa Timur, dr Joni Wahyuhadi soal Kota Surabaya seperti Wuhan Tiongkok karena penyebaran kasus Covid-19 yang cukup tinggi hingga labelisasi warna merah pekat hingga hitam, memantik reaksi Wakil Ketua DPRD kota Surabaya, A Hermas Thony.


Legislator asal Partai Gerindra ini meminta Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim) bijaksana dalam mengeluarkan pernyataan di media massa.

Pernyataan-pernyataan tersebut, menurut AH Thony, dianggap sebagai upaya pembunuhan karakter seluruh warga kota Surabaya.

“Surabaya seperti Wuhan, lalu muncul lagi pernyataan bahwa kasus Covid-19 di Surabaya warnanya merah pekat kehitaman. Ini jelas membunuh karakter warga Surabaya. Seharusnya pernyataan itu dibuat bijaksana agar tak timbul resah dikalangan warga,” ungkap AH Thony pada Kantor Berita RMOLJatim di ruangannya, Jum'at (5/6) malam.

Atas pernyataan-pernyataan yang kurang bijak ini, lanjut AH Thony, dapat menimbulkan pada stigma buruk warga Surabaya terhadap pandangan masyarakat dari daerah lain di Indonesia, bahkan sampai tingkatan dunia.

“Bayangkan kalau nanti diberlakukan new normal, terus ada warga Surabaya ke luar kota ketemu dengan orang daerah lain. Pastikan dipandang sebelah mata, karena paranoid Covid-19. Jadi janganlah bikin statement yang tidak ada dasar pedomannya. Warna Surabaya merah pekat kehitaman, apakah ada sertifikatnya?” kata Thony dengan ekspresi geram.

Ia berpendapat, pandemi Covid-19 di wilayah Surabaya ini, seraya dipakai sebagai ajang politik untuk menurunkan popularitas kota.

Sehingga banyak pernyataan-pernyataan yang dilontarkan dengan nada sinis tanpa memikirkan dampaknya.

Thony kembali menegaskan, jika pendapat dirinya ini benar, maka sebaiknya diakhiri agar tidak membuat bingung semua pihak.

“Wilayah DKI Jakarta, jumlah kasus Covid-19 lebih banyak dibanding Surabaya, namun tidak ada labelisasi warna merah pekat kehitaman. Ada apa ini? Saya kuatir, kasus Covid-19 ini dipakai ajang untuk menurunkan popularitas Surabaya atau seseorang. Kalau memang benar sebaiknya dihentikan saja. Ini kan ibarat ingin membunuh satu tikus tapi membakar rumah,” pungkasnya.

Sebelumnya, ketua Rumpun Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jawa Timur, dr Joni Wahyuhadi memaparkan, warna hitam di tampilan peta sebaran Covid-19 di website infocovid19.jatim.go.id menunjukkan kasus Covid-19 di daerah tersebut lebih dari 1.025 kasus.

"Semakin banyak catatan kasusnya, warna di peta sebaran akan semakin pekat hingga berwarna hitam," ujar Joni di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Selasa (2/6).

Joni juga menjelaskan, hingga Selasa (2/6), jumlah kasus Covid-19 di Surabaya mencapai 2.748 kasus.

Sedangkan daerah dengan kasus lebih dari 1.025 menghitam dalam peta sebaran Covid-19. Beberapa daerah lainnya di Jawa Timur pun berwarna merah pekat, seperti Sidoarjo dengan 683 kasus dan Gresik 183 kasus.

Namun pernyataan Joni ini bertolak belakang dengan Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Jawa Timur Benny Sampirwanto. Ia pun mengklarifikasi hal itu. Menurutnya, peta Surabaya bukan berwarna hitam melainkan merah tua.

Perubahan warna di website infocovid19.jatim.go.id tersebut berjalan otomatis saat mengalami penambahan jumlah kelipatan pangkat 2.

"Per 2 Juni 2020, Kota Surabaya memasuki zona merah tua, bukan hitam," ujar Benny, Rabu (3/6) malam.