Gus Dur, John Howard Dan Manuver Diplomasi Australia

RELASI diplomatik Indonesia dengan Australia mengalami pasang surut selama pemerintahan Presiden Abdurrahan Wahid. Sempat menegang di awal, lalu menurun tensinya di pertengahan 2001. Kisah pergolakan Timor-Timur dengan segenap tragedinya, menjadikan hubungan Indonesia tidak begitu stabil.


Gus Dur memiliki relasi diplomatik dengan John Howard yang panas dingin, sempat mengalami ketegangan akibat mispersepsi. Meski demikian, John Howard mengakui reputasi Gus Dur sebagai negarawan dan pemimpin yang jujur dan berkomitmen dengan demokrasi.

"I am angry. If you are John Howard and you come to Jakarta.. I will not see him. I have done very much for Indonesia and Australia's relationship, but he did so little," ungkap Gus Dur dalam sebuah perbincangan dengan radio Australia sejenak setelah lengser dari kekuasaan (CNN, 9 Agustus 2001).

Sepekan setelah Megawati Soekarnoputri terpilih menjadi Presiden Indonesia, John Howard berkunjung ke Jakarta. Perdana Menteri Australia itu menunda mengunjungi pertemuan pemimpin-pemimpin Pasifik Selatan, yang terjadwal sebelumnya. Howard memilih berkunjung ke Jakarta, untuk mencairkan hubungan diplomatik antara Indonesia dan Australia.

Pada periode kepresidenan KH Abdurrahman Wahid, hubungan Indonesia-Australia sempat menegang karena pelbagai masalah krusial. Di antaranya terkait dengan isu Timor Timur.

"The important point is that we are having this meeting so early in her term and that says something in itself," PM Australia John Howard juga menegaskan betapa pertemuan dengan Megawati menjadi upaya membangun relasi harmonis dengan pemerintah Indonesia.

"We are realistic about some of our differences, but we're positive about the things we have in common and the importance of us having a close relationship, but relationship based on realism and mutual respect," demikian pernyataan Howard.

Pada Juni 2001, Perdana Menteri John Howard dan Presiden Abdurrahman Wahid mengadakan pertemuan, dalam sebuah kunjungan diplomatik. Keduanya sepakat untuk mengakhiri sengketa atas konflik Timor-Timur.

"Both of us are very strongly of the view that the strains over East Timor, understandable though they were in the context of those events, should be put behind us," terang Howard sebagaimana diarsip BBC (26 Juni 2001).

Pada awal kepemimpinan Gus Dur sebagai presiden, Howard mengirim surat diplomatik ke Jakarta untuk mengucapkan selamat. Dalam surat itu, John Howard berjanji untuk mengurangi jumlah pasukan Australia yang memantau Timor-Timur dari 4.800 menuju 1.500 atau 2000 pasukan (Steve Levis, Financial Review, 1 November 1999).

Dalam sebuah diskusi dengan Bruce Baird (MP) dan Kim Beazly (MP), John Howard mengungkapkan pujiannya kepada Presiden Abdurrahman Wahid, yang dianggap sebagai sosok yang jujur. "He has reputation of honesty. He has long stood for political and religious tolerance in his community and he has long supported political reform."

Howard menilai, Gus Dur seorang negarawan yang berkomitmen dengan demokrasi, kebebasan berpendapat, hak asasi manusia dan pemerintahan yang akuntabel. "These are principles that I know all Australians share with him. He has had good contact with Australia and Australians over the years." (Parliament of Australia, 21 Oktober 1999, page 12149).

Relasi Indonesia-Australia dalam periode kepemimpinan Gus Dur memang tidak mudah, penuh ketegangan dan manuver.

Dalam catatan Bilver Singh (Defence Relations between Indonesia and Australia in the post cold new Era, h. 135) hubungan Indonesia dan Australia dalam situasi yang tidak stabil. Gus Dur pernah menyerukan jihad terhadap Australia, yang pada 1999 menyiapkan ribuan tentara untuk memantau perkembangan Timor-Timur.

"The cleric also argued that Australia was pissing in our face, and that Jakarta should downgrade relations with Canberra. When he became President on 20 October, her mellowed somewhat, saying that it was up to Australia to have good relations with Indonesia, provided it realized its earlier mistakes" Sigh menilai hubungan Indonesia-Australia kembali mencair ketika terjadi perubahan Presiden, dari Gus Dur ke Megawati.

Greg Barton, yang menulis Biografi Gus Dur, mencatat kekecewaan Presiden Abdurrahman Wahid terutama bagaimana laporan-laporan media-media Australia. Kesalahpahaman relasi Indonesia dan Australia juga dipengaruhi bagaimana media-media, juga publik membangun persepsi.

"When conditions continued to deteriorate and violance broke out, Abdurrahman Wahid was upset by what he understood to be the response of the international community and particularly Australia" (Barton, hal. 279).

Pernyataan keras Gus Dur serta manuver John Howard dalam relasi diplomatik Indonesia-Australia harus dilihat pada konteks perubahan politik yang drastis di tanah air. Indonesia sedang mengalami guncangan hebat di bidang politik, ekonomi dan keamanan. Persoalan Timor-Timur, tantangan separatisme, tantangan krisis ekonomi pasca 1998 membayangi hubungan Indonesia-Australia.

Apalagi, di tengah relasi diplomatik itu, mispersepsi dari media-media Australia dan media internasional juga berpengaruh dalam membangun citra Indonesia di level internasional. Di sisi lain, Amerika Serikat sebagai aliansi Australia juga punya power, yang menjadikan isu kemerdekaan Timor-Timur sebagai sejarah kelam yang tidak mudah dilupakan.

Munawir Aziz

Penulis adalah Sekretaris PCI Nahdlatul Ulama United Kingdom dan Penulis buku Bapak Tionghoa Nusantara: Gus Dur, Politik Minoritas dan Strategi Kebudayaan