Bertahan di Tengah Pandemi, Setiap UMKM Harus ‘Kawinkan’ Data dan Digitalisasi

Sebanyak 99 persen usaha di Indonesia berskala usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Artinya, apa yang terjadi pada UMKM akan sangat berpengaruh terhadap yang lain. Sektor ini menjadi sangat vital dalam menopang perekonomian nasional.


Hal ini disampaikan dosen Teknik Industri Universitas Trunojoyo, Achmad Mughni dalam webinar bertajuk ‘Ekonomi Lesu, Sanggupkah UMKM Bertahan’ yang diselenggarakan Technoe Institute seperti dikutip Kantor Berita RMOLJatim, Sabtu (27/6).

Menurut Mughni, beberapa strategi bisa dilakukan pelaku UMKM untuk tetap bertahan dalam situasi sulit saat ini.

Setiap UMKM, kata dia, memiliki karakteristik yang berbeda. Artinya, perlakuan berbeda pada setiap UMKM menjadi keniscayaan.

“Tapi ada satu poin yang sama, pelaku usaha harus mampu mengubah setiap potensi menjadi daya aktif untuk berkembang,” ujarnya.

Dia melanjutkan, pandemi seperti saat ini belum pernah terjadi sebelumnya. Bagi dunia usaha, situasi ini menjadi hal yang benar-benar baru dan harus dijawab serius. Inovasi, menurut Mughni, mutlak diperlukan dan harus terus digali pelaku UMKM.

“Saya sepakat bahwa salah satu yang paling penting di saat krisis seperti ini adalah leadership,” ujar dia.

Mughni menambahkan, pelaku usaha perlu melek dengan dunia digital. Zaman yang berubah memaksa pelaku UMKM untuk terus ikut berubah.

Namun, menurut dia, itu pun tak cukup. Semua pelaku UMKM perlu menjalankan bisnisnya dengan berbasis data.

“Era saat ini mengharuskan data dan digitalisasi untuk ‘dikawinkan’,” tandasnya.