Plengsengan Sungai Molek Ambrol Tak Kunjung Diperbaiki, Petani Mulai Resah

Dampak jebolnya pelengsengan penahan aliran Sungai Molek di perbatasan Desa Talangagung, Kecamatan Kepanjen dan Desa Jatikerto, Kecamatan Kromengan  Kabupaten Malang mulai dirasakan para petani. Apalagi, saat ini sudah memasuki musim kemarau. Seperti yang diungkapkan oleh Abdul Muhaimin, selaku perwakilan petani. Senin (29/6)


"Pasca jebolnya plengsengan itu, debit air untuk irigasi di Sumberpucung dan Kromengan terus menyusut. Para petani pun mulai resah. Tadi malam, saya mendapat laporan dari kelompok tani. Akibat kejadian itu, para petani di lapangan sering geger rebutan air. Apalagi ini memasuki musim kemarau," ujar Muhaimin.

Muhaimin juga mengatakan, bahwa Pemerintahan harus segera memperbaiki Plengsengan Sungai Molek yang jebol tersebut. Apabila tidak, dikhawatirkan timbul konflik horisontal yang lebih luas antar petani.

"Sejak jebol pada awal bulan lalu, sekitar 9 Mei 2020 debit air sudah sangat kecil. Hingga saat ini belum dibangun kembali, hanya saja dikasih tanggul dari pasir," paparnya.

Lebih jauh, Muhaimin juga menjelaskan, bahwa ada ratusan hektar sawah yang terdampak di dua kecamatan tersebut.

" jika tidak segera diatasi, para petani akan menderita," tuturnya.

Perlu diketahui, sebelumnya Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Malang sudah menggelar Inspeksi terhadap plengesengan Sungai Molek yang jebol tersebut pada beberapa waktu lalu di bulan Juni 2020. Ketika sidak, Ketua DPRD Kabupaten Malang, Didik Gatot Subroto menyampaikan untuk segera diperbaiki.

"Plengsengan Sungai Molek yang jebol itu murni faktor alam. Karena ini menjadi wilayah PJT DAS Brantas Provinsi Jatim, maka kami meminta Pemkab Malang, melalui dinas terkait segera berkoordinasi dengan Balai Besar DAS Brantas Provinsi," tandasnya.