Kemarahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam pidatonya pada Sidang Kabinet Paripurna 18 Juni 2020 dan baru dipublikasikan 28 Juni 2020 menunjukkan kepada publik bahwa kepala pemerintah telah gagal menyusun kabinetnya sendiri.
- Voxpol: Demokrasi Indonesia dalam Keadaan Bahaya!
- Gatot Nurmantyo: Ada Upaya Seolah-olah Konstitusional untuk Mengganti Pancasila
- Harus Berani Tampil Independen, Prabowo Jangan Terus Bergantung ke Jokowi
Pasalnya, dalam pidato itu Jokowi mengancam akan melakukan reshuffle kabinet karena kinerja para pembantu dinilai biasa-biasa saja dalam menangani Covid-19. Padahal, sejak awal penyusunan kabinet menteri-menteri tersebut dipilih oleh Jokowi.
Hal ini disampaikan Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah dilansir Kantor Berita Politik RMOL, Rabu (1/7).
"Padahal, sejak mengenalkan para menteri, presiden terlanjur memuji setinggi langit menteri pilihannya, mulai dari kebanggaan karena usia muda, hingga karena miliki jabatan fungsional jenderal. Tetapi, semua tak sesuai harapan," ujar Dedi.
Menurut pengamat poltik jebolan Universitas Telkom ini, tidak heran apabila para menteri yang dipilih Presiden Jokowi itu kinerjanya mengecewakan bagi sang presiden itu sendiri. Sebab, pemilihan mereka sebatas didasarkan pada "politik balas budi" saat pilpres.
"Presiden akan dianggap hanya meneruskan antrean untuk posisi menteri, mengingat usia kabinet yang belum genap satu tahun. Anggapan ini tentu mengarah pada “politik balas budi” seusai Pilpres 2019," demikian Dedi Kurnia Syah.
- Evaluasi Tahapan Penyusunan Dapil Anggota DPRD, KPU Bondowoso Tetap Gunakan Acuan 2019
- Partai Koalisi Pemerintah yang Lain Bisa Iri Jika Risma Gantikan Tito
- Wabup Gresik Moh. Qosim Sebut Stadion Gejos Terbaik Kedua Dunia, Viral di Medsos