Risma Ajak Pengelola Rumah Sakit dan Puskesmas Tekan Angka Kematian Pasien

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menggelar pertemuan dengan direktur Rumah Sakit (RS), kepala puskesmas, serta camat se-Surabaya di halaman Balai Kota Surabaya, Rabu (1/7). 


Dalam kesempatan itu, Risma mengajak kepada seluruh direktur untuk berdiskusi apa saja yang menjadi keluhan dalam menangani pasien Covid-19. 

Ia juga memberikan secarik kertas kepada para direktur tersebut untuk diisi apa saja yang menjadi kebutuhan dan kendala setiap rumah sakit.

“Mohon bapak ibu, kertasnya diisi nggih. Apapun yang menjadi keluhan panjenengan sedoyo (anda semua), kita sama-sama berjuang pada kondisi saat ini,” kata Risma dalam keterangan resmi yang diterima Kantor Berita RMOLJatim saat mengawali pertemuan.

Risma menyatakan, bahwa selama ini ia bersama jajarannya berjuang sekuat tenaga untuk memutus pandemi ini dengan berbagai intervensi. 

Mulai dari permakanan, tracing hingga dibuatnya Kampung Tangguh Wani Jogo Suroboyo atas inisiasi Kapolda Jatim. 

Risma memaklumi banyak warga yang menolak diisolasi saat positif. Karena mereka malu. Padahal isolasi dilakukan untuk memutus penyebaran Covid-19.

“Saat ditemui oleh petugas ke rumah warga yang positif, sebagian warga menolak. Tapi kita harus memaksakan mereka untuk mau diisolasi. Sebenarnya bukan warga yang mengucilkan tapi mereka (pasien) yang malu,” ungkapnya.

Tidak hanya itu, Risma juga memaparkan terkait instruksi Menteri Kesehatan (Menkes) kepada Surabaya untuk menurunkan angka kematian agar terus dilakukan. 

Untuk itu, ia bersedia membantu peralatan ke rumah sakit termasuk alat pelindung diri (APD). 

Bahkan, pihak Kemenkes juga menyatakan bersedia membantu apapun yang dibutuhkan rumah sakit.

“Alhamdulillah tadi disampaikan Staf khusus Kemenkes akan dibantu untuk peralatan itu. Artinya mungkin dengan peralatan itu kita bisa mengurangi lagi angka kematian. Saat ini hampir 90 persen angka kematian pasien Covid-19 disertai dengan penyakit penyerta,” paparnya.

Risma mengungkapkan, setelah pertemuan ini akan ada pembahasan dengan staf khusus Kemenkes untuk merinci apa saja yang dibutuhkan rumah sakit di Surabaya ini. Misalnya, membuat ruangan tekanan negatif, hingga menyiapkan laboratorium.

“Tapi kita akan terus berinovasi dan membuat terobosan mengingat untuk membuat satu lab saja dibutuhkan sekitar 600 juta. Tetapi, yang disampaikan beliau kita butuh ruang isolasi dahulu,” tandasnya.