Risma Kampanye Protokol Cegah Covid-19, Persakmi: Periode Infeksi Dapat Dikendalikan Dengan Prinsip 3T dan I

Perhimpunan Sarjana dan Profesional Kesehatan Masyarakat Indonesia (Persakmi) dan Ikatan Keluarga Alumni (IKA) Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga mengapresiasi langkah Walikota Surabaya Tri Rismaharini yang gencar melakukan kampanye protokol cegah Covid-19, terutama di pasar tradisional dan rumah makan.


"Kami apresiasi langkah Bu Risma. Operasi gabungan rutin tiap hari digelar menyasar berbagai tempat, terutama yang menjadi sasaran berkumpulnya warga. Kampanye protokol pencegahan itu merupakan langkah yang tepat," kata Estiningtyas Nugraheni, Pengurus Pusat (PP) Persakmi dikutip Kantor Berita RMOLJatim, Rabu (8/7).

Esti menambahkan, bahwa protokol pencegahan juga sangat berperan untuk mengendalikan jumlah kontak terhadap virus.

Pengendalian terhadap jumlah kontak dapat dilakukan dengan beberapa upaya. Salah satu upaya terpenting adalah kepatuhan dan kedisplinan dalam menjalani protokol cegah covid-19.

"Protokol cegah Covid yang direkomendasikan WHO dan Gugus Tugas adalah pemakaian masker dengan benar, rajin cuci tangan pakai sabun dan menjaga jarak minimal 1,5-2 meter. Sehingga kampanye protokol cegah covid yang dilakukan Pemkot Surabaya tentu menjadi bagian penting dalam mengendalikan jumlah kontak virus," papar perempuan yang juga Ketua IKA FKM Unair ini.

Dalam penanganan dan pengendalian Covid-19, lanjut Esti, dikenal dengan istilah Rt (bilangan reproduksi). Penanganan covid-19 dianggap berhasil jika bilangan reproduksi kurang dari 1.

Prinsip bagaimana agar bilangan reproduksi menjadi di bawah angka 1, adalah dengan mengendalikan 3 aspek penting yaitu laju infeksi, periode infeksi, dan jumlah kontak terhadap virus.

Menurut Esti, laju infeksi lebih pada karakteristik virus sulit dimanipulasi. Sementara periode infeksi dapat dikendalikan dengan prinsip dasar 3T dan I, yaitu  testing yang agresif,  pelaksanaan tracing yang masif, perawatan yang adekuat (treatment) dan isolasi.

"Semakin Pemkot Surabaya dapat melakukan 3T dan I, maka dapat mengendalikan periode infeksi dengan baik. Perawatan yang kuat salah satunya adalah pentingnya perhatian Pemkot Surabaya terhadap tenaga kesehatan, antara lain ketersediaan alat pelindung diri (APD), kecukupan tenaga dan ketersediaan sarana," tandasnya.

"Bila kita memahami pattern prinsip dasar bilangan reproduksi, maka kita dapat dengan jelas menyikapi situasi Covid yang cukup tinggi di Surabaya. Jika kasus konfirmasi yang meningkat mayoritas didapatkan dari pasien ODP atau PDP, maka konsep dasar test dan tracing berjalan baik," ungkap Esti.

Untuk itu, langkah yang perlu diperkuat oleh Pemkot Kota Surabaya saat ini adalah bergerak secara serentak, yaitu pengendalian periode infeksi dengan tetap menjaga momentum pelaksanaan 3T+I.

Sisi lain pelaksanaan kepatuhan terhadap protokol cegah covid sebagai wujud pengendalian jumlah kontak harus terus didorong.

Strategi dan langkah apa yang dipilih, tentunya pihak Pemkot Surabaya lebih memahami tentang konteks kelebihan dan kekurangannya, termasuk bagaimana kearifan lokal warga Surabaya.

"Saya rasa Pemkot Surabaya lebih paham karateristik warganya. Sehingga bisa memutuskan strategi apa yang dipakai," pungkasnya.