Rapid Test berbayar menjadi beban tambahan bagi pengusaha angkutan darat di Jawa Timur. Terlebih sejak pandemi virus corona melanda, pendapatan mereka turun drastis hingga 80 persen.
- Lewat Inovasi, Velue Creation Riil Petrokimia Gresik Bertambah Rp 240 Miliar
- Adaptasi Kebiasaan Baru, Konsumsi BBM di Madiun Meningkat
- Bank Raya Indonesia Diresmikan, Wabup Bondowoso Ajak Bersinergi Majukan UMKM
"Memang saya akui ada beban berat yang dipikul teman-teman, karena kami harus mengeluarkan biaya tambahan untuk rapid test bagi crew bus terutama jurusan ke Bali," kata Wakil Ketua DPD Organda Jatim, Firmansyah Mustafa saat dikonfirmasi Kantor Berita RMOLJatim, Jum'at (10/7).
Untuk meringankan bebas pengusaha angkutan darat tersebut, Firmansyah meminta agar rapid test digratiskan .
"Tentunya ini menjadi beban pemerintah, apalagi sebelum adanya PSBB, omzet kami turun drastis sampai 80 persen," ujarnya.
Kondisi masa transisi new normal saat ini, kata Firmansyah, masih belum berdampak signifikan terutama bagi pengusaha bus.
"Terminal memang sudah dibuka tapi nggak ada penumpangnya, mereka juga takut berpergian apalagi harus mengeluarkan biaya tambahan rapid test yang lebih mahal dari biaya tiketnya," tandasnya.
- Erick Thohir Gabung 7 BUMN
- Pandemi, Pot Bunga Keramik Plered Jadi Primadona
- Berisap jadi Elite Bank di 2025, bank bjb Satukan Layanan dalam Super Apps