Tidak Tepat Rakyat Diberi Sembako, Lebih Baik Uang Tunai

Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk memulihkan dampak pandemik Covid-19 di sektor UMKM, salah satunya membagikan sembako ke masyarakat menengah hingga ke bawah.

Namun menurut ekonom senior, Faisal Basri, cara pemerintah membagikan sembako justru mematikan usaha-usaha kecil.



"Ada dana Rp 63 triliun yang dipakai untuk beli sembako diserahkan kepada rakyat dalam bentuk sembako, jadi rakyat tidak membeli lagi ke warung tetangga dan pasar tradisional," kata Faisal Basri dalam diskusi virtual bersama Indef, Jumat malam (10/7).

Dia menegaskan masyarakat yang diberikan sembako pada akhirnya tidak akan membeli lagi ke warung-warung tetangga, maupun pasar-pasar tradisional. Terlebih pemerintah dalam memberikan sembako membelinya dari pabrik langsung, kemudian dikemas dan diangkut oleh truk.

Menurutnya, mekanisme itu yang justru membuat bantuan sampai ke rakyat malah semakin sedikit.

Jelas Faisal Basri, sebenarnya akan lebih baik apabila rakyat dikasih uang, bukan sembako. Sebab, bagi keluarga atau warga yang mengidap diabetes, dia tidak perlu beras dan gula.

"Lalu, bagi keluarga yang punya bayi pasti mereka akan mengalokasikan dananya lebih kepada kebutuhan bayi seperti halnya susu dan lain-lainnya," sambungnya.

Sementara yang ada sekarang, dimana seluruh rakyat dipukul rata diberi sembako berisi mie, gula, dan beras, dinilai kurang tepat.

"Hingga pada akhirnya malah akan mematikan atau membuat 'engap' warung tetangga dan pasar tradisional," demikian Faisal Basri seperti dimuat Kantor Berita Politik RMOL.