Petani Tembakau Probolinggo Sesalkan Pupuk ZA Bersubsidi Hilang di Pasaran

Petani tembakau Probolinggo/RMOLJatim
Petani tembakau Probolinggo/RMOLJatim

Sejumlah petani tembakau di Kabupaten Probolinggo, mengeluhkan susahnya mendapatkan pupuk ZA bersubsidi. Padahal pupuk tersebut sangat dibutuhkan petani agar tanaman tembakaunya menghasilkan kualitas daun bagus.


"Saya sudah mencari kesana kemari dan sudah mendatangi setiap kios pupuk. Tapi pupuk ZA tidak ada yang Subsidi," jelas Sayadi Anton, seorang petani di Daerah Kecamatan Krejengan pada Kantor Berita RMOLJatim, Rabu (05/8) 
Menurutnya, ada pupuk ZA namun harganya tidak sebanding dengan harga yang subsidi. Sehingga, pihaknyapun harus merogoh kocek.
"Ada pupuk ZA tapi itu Non Subsidi dan harganya sekitar Rp 400 ribu. sedangkan yang subsidi itu harganya sekitar Rp 200 an," katanya.
Sementara itu, Muzammil petani asal Kecamatan Pakuniran juga mengeluhkan adanya stok Pupuk ZA bersubsidi yang sudah hilang dari pasaran.
"Mungkin sama dengan kecamatan yang lain, sehingga kesulitan juga untuk mendapatkan pupuk ZA bersubsidi," paparnya.
Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Kabupaten Probolinggo, Mudzakir mengakui,  gejolak yang terjadi karena pupuk bersubsidi habis menyebabkan petani kesulitan mencari pupuk. Hal itu karena kebutuhan pupuk tidak seimbang dengan alokasi yang disiapkan pemerintah.
‘’Lebih banyak kebutuhan pupuk bila dibanding dengan pasokannya. Ada pupuk non subsidi, tetapi harganya lebih mahal,’’ ungkapnya. 
Meski Indonesia di landa Covid-19, pemerintah pusat harus memikirkan nasib para petani yang saat ini kesulitan mendapatkan pupuk bersubsidi.
‘’Ketika saat ini Indonesia sedang dilanda pandemi virus korona, tetapi jangan hanya memikirkan soal korona. Kementerian Pertanian harus memikirkan nasib petani,’’ tuturnya.
Sementara itu, Petugas Pupuk ZA Petrokimia Wilayah Probolinggo, Luki menyampaikan, dirinya tak bisa memungkiri dengan ketersediaan stok pupuk yang tidak berbanding lurus dengan kebutuhan petani saat ini. Stok di Kabupaten Probolinggo dalam satu tahun sebanyak 13 101 ton.
Pihaknya sudah mengajukan untuk penambahan stok pupuk ke pihak provinsi. Akan tetapi, pengajuan itu tidak terealisasi. "Jangan kan pupuk ZA. Pupuk urea saat ini juga kurang," paparnya.
Solusinya, saat ini pihaknya menyediakan pupuk ZA yang non-subsidi. Agar kebutuhan pupuk petani tercukupi. Namun, harga kedua pupuk itu berbeda jauh. Lebih mahal harga pupuk yang non-subsidi. Karena, menurutnya, sejatinya harga pupuk memang mahal.
Selain itu, pihaknya berencana untuk melakukan realokasi pupuk di tingkat kecamatan. Agar stok pupuk di kecamatan yang minim penyerapan, direlokasi pada kecamatan yang membutuhkan. Sejauh ini ada 7 kecamatan yang menjadi sentra tanam tembakau.
"Jadi nanti, kekurangan tembakau itu bisa ditutupi dengan realokasi itu. Misalnya di Krejengan dan Besuk yang menjadi salah satu kecamatan sentra tanam tembakau," pungkasnya.