Aksi Trump Boikot TikTok dan WeChat Jadi Bumerang Bagi Apple

TikTok/Net
TikTok/Net

Keputusan Presiden AS Donald Trump melarang penggunaan aplikasi China, termasuk TikTok dan WeChat, memunculkan isu baru.


Profesor keuangan dan ekonomi di Pascasarjana Bisnis Universitas Columbia, Wei Shangjin mengungkap, akan ada banyak perusahaan AS yang terdampak jika aplikasi populer China tersebut diblokir oleh Washington.

Wei mengurai, langkah Trump yang memberikan waktu 45 hari agar TikTok bisa dijual murah ke perusahaan AS bisa menjadi "contoh" bagi pemerintahan Presiden Xi Jinping.

"Jika China meniru langkah Trump, beberapa perusahaan multinasional AS berpotensi menjadi ancaman nasional. (Beijing) akan memaksa mereka dibeli oleh perusahaan China," ujarnya, mengutip The Strait Times.

"Meskipun pemerintah China belum melakukannya, risiko kini semakin tinggi," sambung Wei yang pernah menjabat sebagai Kepala Ekonomi Asian Development Bank periode 2014-2016.

Pada Kamis lalu (6/8), Trump telah mengeluarkan perintah eksekutif untuk melarang transaksi entitas AS dengan prusahaan teknologi China ByteDance sebagai pemilik TikTok.

Larangan tersebut dimulai pada 15 September 2020. Sehingga, ByteDance harus segera mencari pembeli AS dalam kurun waktu singkat jika ingin menyelamatkan operasinya di AS.

Bukan hanya untuk TikTok, perintah eksekutif Trump juga berlaku untuk aplikasi jejaring sosial WeChat milik raksasa teknologi China, Tencent.

Wei menerangkan, walaupun keputusan Trump bisa menghasilkan keuntungan jangka pendek bagi AS, tetapi tindakan tersebut memicu risiko yang besar bagi kepentingan Washington, khususnya dalam perdagangan internasional dan domestik.

"Bagaimana kepercayaan para pebisnis jika pemerintah berasumsi dapat memeras perusahaan swasta sesuka hati?" tanya Wei.

Analisis Wei tersebut tampaknya sudah mulai terbukti. Berdasarkan laporan surat kabar China, Global Times pada Minggu (9/8), Beijing akan melakukan serangan balasan atas tindakan Trump terhadap TikTok dan WeChat.

Pemblokiran WeChat bisa membuat raksasa teknologi AS, Apple, kehilangan pengguna China yang menyumbang 20 persen dari perdagangan global perusahaan.

Dari hasil survei yang dilakukan Global Times pada Jumat (7/8), masyarakat umum diminta untuk memilih, antara Apple dan WeChat, jika aplikasi tersebut dihapuskan dari Apple Store.

Hasilnya, dari 850.000 orang yang berpartisipasi, sebanyak 800.900 di antaranya mengatakan akan beralih ke ponsel Android, utamanya buatan Huawei.

Pengamat industri menyebut, keputusan Trump untuk memblokir TikTok dan WeChat justru memperkuat daya saing Huawei.

Saat ini, aplikasi TikTok sudah diunduh lebih dari 175 juta kali di AS dan lebih dari satu miliar secara global.

Sementara itu, aplikasi WeChat bukan hanya sekadar jejaring sosial, namun juga digunakan sebagai alat pembayaran oleh setiap pengguna seluler China.